Hipotermia : Pembunuh Para Pendaki

CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Lilie dan Lisa, dua pendaki yang meninggal dunia akibat hipotermia saat mendaki di Puncak Cartenz Papua menjadi kabar menyedihkan bagi para alumni SMA Katolik Santo Albertus (SMA Dempo). Meski usianya tak muda lagi, dua sahabat pecinta alam ini masih tetap semangat menaklukkan puncak gunung tertinggi di Indonesia itu.
Menurut Hiker Gimbal Alas Indonesia Trianko Hermanda, hipotermia memang menjadi ancaman serius bagi pendaki, karena mempengaruhi kontrol tubuh. Sehingga otak tidak bisa berfungsi sempurna.
“Dalam kasus parah, penderita bisa mengalami paradoksal undressing di mana mereka justru melepas pakaian saat kedinginan,” kata Trianko.
Karena itu, Trianko menekankan pentingnya persiapan sebelum pendakian. Termasuk mempelajari kondisi cuaca, menyiapkan peralatan dan memastikan kesiapan fisik.
Trianko juga mengamati ada perbedaan signifikan antara pendaki generasi lama dan baru. Pendaki generasi baru cenderung kurang terlatih secara fisik. Umumnya mereka banyak yang tertarik mendaki hanya karena tren media sosial tanpa pembekalan memadai.
Beruntung para pendaki di gunung sekitar wilayah Malang Raya belum ada kasus hipotermia dalam 5 bulan terakhir. Meski begitu, Koordinator Unit Siaga SAR Malang Raya Yoni Fariza K mengatakan timnya tetap meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi kejadian dengan berdiskusi bersama para ahli pendakian.
“Koordinasi dengan komunitas lokal menjadi kunci utama dalam proses evakuasi korban di gunung. SAR Malang Raya selalu berkoordinasi dengan SAR setempat untuk menentukan teknik evakuasi dan peralatan. Mengingat mereka lebih memahami medan dan kondisi lokasi,” kata Yoni.
Senada dengan Trianko, menurutnya pendaki generasi baru cenderung terpengaruh konten media sosial. Banyak pendaki pemula yang hanya melihat sisi menarik pendakian tanpa memahami prosesnya. Sehingga kurang mempersiapkan diri dengan baik. (AN)
Editor : Intan Refa