Hari Disabilitas Sedunia : Kami Tidak Butuh Dikasihani
CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Bertepatan dengan Hari Disabilitas Sedunia, mari kita berbicara tentang kesamaan hak. Terkhusus, fasilitas publik dan stigma. Dalam Idjen Talk bertajuk “Hari Disabilitas Sedunia : Kami Tidak Butuh Dikasihani”, Direktur Yayasan “Waroeng Inklusi” Malang Afifah Setiani menjelaskan perlu upaya holistik untuk mengetahui anak merupakan seorang difabel atau bukan.
“Baik dari orang tua, lingkungan dan para ahli. Perlu juga kerjasama dengan psikolog untuk memberikan psikotes pada anak, untuk mengetahui kemampuan anak. Tidak hanya itu, orang tua juga harus bekerjasama dengan poli anak dan poli tumbuh kembang anak untuk menentukan skrining awal,” paparnya.
Sayangnya, BPJS Kesehatan tidak menanggung biaya psikotes ini. Pihaknya juga telah mengajukan para pemerintah untuk segera membentuk tim assesment. Untuk membantu para orangtua menentukan apakah anaknya penyandang disabilitas atau tidak.
Baca juga :
Selain itu, perlu juga tim assesment di sektor pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi para penyandang disabilitas.
Seorang Penyandang Disabilitas sekaligus Pelaku Bisnis, Vio membenarkan bahwa masih ada beberapa fasum yang kurang ramah untuk penyandang difabel. Khususnya di Kota Batu.
“Karena itu, kami sudah memberikan masukan pada Pemkot dan DPRD Kota Batu agar melengkapi fasum dan sarpras ramah difabel,” kata Vio.
Orang Tua Anak Disabilitas (More Community) Suswahyuningtyas menambahkan fasum di perkotaan memang sudah ramah difabel. Sayangnya, di daerah pedesaan inilah yang masih kurang.
“Termasuk rambu dan jalan khusus untuk kursi roda,” lanjutnya.
Editor : Intan Refa
Simak juga tema Idjen Talk lain :