Budaya dan PariwisataNews

Goresan Ekspresi Kebebasan Kolektif Lewat “Jejak Arang”

Salah satu sudut pameran Jejak Arang di Galeri Raos. (Foto: Asrur Rodzi)
Salah satu sudut pameran Jejak Arang di Galeri Raos. (Foto: Asrur Rodzi)

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Pameran di Galeri Raos, Kota Batu, pada Rabu (24/9/2025) tampil sedikit berbeda. Sebanyak 18 seniman dari Kota Batu melukis dengan arang langsung di tembok tanpa alas kanvas. Setiap karya saling menyatu tanpa batas sebagaimana lukisan di kanvas biasanya.

Karya-karya tersebut hanya akan bertahan hingga penutupan pameran pada 30 September mendatang. Pameran yang bertajuk “Jejak Arang” ini telah buka sejak Sabtu (20/9/2025) lalu.

Dalam kuratorialnya tertulis pemilihan media arang dan tembok tersebut sebagai bentuk ekspresi kebebasan sekaligus kolektifitas. Kebebasan tercermin dari karya yang lepas dari batas kanvas, sementara kolektifitas terlihat dari 18 karya yang bersatu memenuhi dinding galeri.

Salah satu pelukis, Anwar menyebut karya ini menjadi bukti bahwa melukis adalah kebiasaan lama yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pelukis berusia 60 tahun asal Kelurahan Sisir tersebut menuturkan, sejak kecil anak-anak kerap menggunakan tembok sebagai media berekspresi.

“Kreativitas itu bisa dengan media apa saja, termasuk media yang murah. Arang ini kan bukan hal baru, waktu kecil kita sering mencoret tembok pakai arang atau pecahan genteng. Maka, ketika kami sudah punya pengalaman, kami coba melukis dengan arang,” jelas Anwar.

Ia menambahkan, proses pengerjaan lukisan ini berlangsung selama sepuluh hari. Beberapa seniman perlu beradaptasi dengan media arang yang berbeda dari cat pada umumnya. Menurutnya, ini kali pertama Galeri Raos menampilkan karya kolektif dengan media arang.

“Pelukis arang sebenarnya sudah banyak, tetapi kebanyakan secara perorangan atau bercampur dengan cat minyak maupun akrilik. Dalam pameran ini semuanya harus murni menggunakan arang,” tambahnya.

Dalam kuratorial juga menyebut, kolektivitas yang tergambar pada karya ini menjadi bukti bahwa seni, khususnya seni rupa, adalah jembatan yang menghubungkan individu. Ia menciptakan dialog visual yang melampaui kata-kata.

Pada akhir pameran, karya arang akan dihapus. Tembok akan dinormalisasi kembali dengan cat putih seperti semula. Begitulah seni rupa: wujud fisiknya bisa hancur atau musnah, tetapi ide, gagasan, pemikiran liar, serta kekuatan individu yang unik telah hadir mengisi semesta.

Reporter: Asrur Rodzi

Editor: Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button