
Promo kok cuma diskon dan diskon, potongan dan potongan, voucher dan voucher, cashback dan cashback. Apa nggak capek potong ekor terus, malah kadang-kadang kebablasan. Rencananya potong ekor, eh, kepotongnya sampai motong kaki belakang.
Kalau enggan memilih promo diskon alias potongan, salah satu opsi lain yang dapat dipertimbangkan adalah promo dengan jenis bonus. Ah, apalagi ini, apa bedanya diskon sama bonus?
Mudah!
Diskon konsepnya adalah potongan.
Bonus konsepnya adalah tambahan.
Misal nih, ada nasi goreng sepiring harga Rp20.000, jika dapat promo diskon 10 persen maka akan mendapat potongan Rp2.000. Sehingga konsumen cukup bayar Rp18.000 untuk manfaat senilai Rp20.000.
Kalau bonus?
Nasi goreng yang sama, harganya Rp20.000, maka konsumen tetap bayar Rp20.000, sesuai dengan harga. Namun untuk setiap yang beli nasi goreng, bisa dapat bonus minum es teh, senilai Rp5.000. Jadi bayar Rp20.000, dapat manfaat senilai Rp25.000.
Jadi, mending menerapkan diskon atau ngasi bonus? Ya terserah Anda, kan usaha juga usaha Anda sendiri, ngapain Saya ngatur-ngatur?
Plus minusnya, kalau diibaratkan, jika Kita sebagai penjual berhadapan dengan calon pembeli, maka harga adalah tembok pemisah yang menjadi penghalang.
Memberikan diskon, artinya penjual bersedia memberikan kelonggaran, alias bersedia memangkas dan mengurangi tinggi tembok pemisah. Sehingga calon penjual, lebih tertarik, bergegas, dan lebih mudah melintas.
Memberikan bonus, artinya penjual menjaga tembok pemisah tingginya tetap. Namun memberikan apresiasi lebih, untuk calon pembeli yang bersedia melompati tembok pemisah tersebut.
Secara kalkulasi?
Diskon tentu akan berdampak langsung pada berkurangnya besaran omzet yang dicatat, dan ada dampak juga berkurangnya keuntungan.
Potongan akan berefek langsung di setiap transaksi. Jadi hati-hati, kalau salah kalkulasi, gegap gempita diskon hanya akan menciptakan aliran kunjungan, kerepotan. Tapi dari penjualan bisa tekor tidak dapat untung, cuma dapat hikmah, dan kerepotan.
Kalau menerapkan bonus, omzet angkanya terjaga, karena terjual normal. Namun perlu mengeluarkan bahan baku dan stok tambahan tanpa pemasukan tambahan, karena ada produk atau barang yang dibonuskan.
Serunya, ngasih bonus es teh senilai Rp5.000, keluar uangnya kan sebenarnya nggak Rp5.000, karena dihitung HPP-nya saja.
Pertimbangkan juga, promo ini mau ditujukan ke siapa? Apakah ke calon konsumen yang punya potensi beli, agar segera transaksi, maka tujuannya adalah akuisisi konsumen.
Kalau promonya ditujukan pada konsumen yang biasa beli, diberi penawaran istimewa, maka tujuannya adalah mendorong repeat order.
Intinya, promo adalah pendorong, katalis, dan pemercepat, agar transaksi segera terjadi, omzet lekas masuk, dan belanja segera terlaksana.
Tapi, promo segreget apapun, akan nggak kerasa, kurang greget, dan gagal menggigit, kalau publikasinya tidak tersebar jelas dan luas.
Ibaratnya kalau suka, yakin cinta, ya segera nyatakan, sampaikan, agar pihak sana jadi tahu dan merespon, gayung bersambut. Jangan cuma diem, membatin dalam hati, diem, diem, diem, eh, kecewa karena dia ternyata udah kadung dipinang sama yang lain.
Muncul pertanyaan, kalau diskon adalah potongan dan bonus adalah tambahan, berarti kalau memberikan barang lucu, uwu, kiyowo seperti stiker, gantungan kunci, mug, magnet kulkas, apakah termasuk penerapan dari bonus?
Nah, pembahasan lanjutan mengenai praktek promosi dengan cara tersebut, akan Kita kupas tuntas di tulisan berikutnya.

Faizal Alfa
Praktisi dan Konsultan Digital Marketing and Branding



