Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 76 : 100 Hari dan Cari Alamat Bantu Pemerintah

Blues Spirit Sesi 76 : 100 Hari dan Cari Alamat Bantu Pemerintah

Kita boleh membayangkan sebagai warga Malang Raya, misalnya diwakili ketua RT/RW dan tokoh-tokohnya datang ketemu pimpinan DPRD dan kepala daerahnya masing-masing untuk bertanya.

“Boss, kami siap berbuat, membantu memajukan daerah. Terutama mengatasi pengangguran, meningkatkan perekonomian dan mempercantik wilayah. Apa yang harus kami kerjakan?.”

Apa ya kira-kira jawaban beliau-beliau itu?! Atau pertanyaan ini,

“Boss, apa prioritas yang akan sampean kerjakan untuk memajukan daerah? Prioritas di atas prioritas yang langsung kelihatan. Kami siap membantu.”

Kira-kira jawabannya apa ya?! Kalau beliau-beliau tidak bisa menjawab secara konkret, praktis dan langsung bertindak, coba kita berikan masukan-masukan sebagai jawaban.

Memang, warga sudah pernah mendengar janji kampanye mereka semua, yang menghasilkan terpilihnya mereka menjadi kepala daerah maupun anggota DPRD. Tapi priotitas yang paling utama apa dalam melangkah? BELUM.

Setidaknya dalam 100 hari yang sedang berjalan ini, belum terasa, belum tampak, belum terarah. Kita baru melihat seremoni-seremoni, open house, salaman-salam dan omong-omong sesuatu yang akan datang.

Nanti akan……
Nanti akan……

Tadinya kita bayangkan mereka start langsung menggebrak. Setidaknya meletakkan dasar dan memberi arah. Sesuatu yang lazim dilakukan dalam 100 hari pertama memerintah.

Seperti kita ketahui bersama (ini sudah kita singgung pada Blues Spirit sesi 75 lalu dan kita bahas lagi sedikit di sesi ini), seratus hari pertama itu dimulai oleh Presiden Amerika Franklin Delano Rosevelt, tahun 1933.

Dia maju jadi presiden dengan kegelisahan bahwa 25 persen rakyat Amerika menganggur. Ekonomi terpuruk.

Soal itu yang dijadikan gebrakan. Kongres diajak menelorkan 15 undang-undang. Industri dipaksa meningkat dengan mengolah sumber daya alam dan pemanfaatan SDM sebanyak-banyaknya. Pasar dibuka lebar. Semangat dan nasionalisme dibangun.

Rosevelt sukses. Terus. Sampai mengantar dia jadi satu-satunya Presiden Amerika yang terpilih sampai 4X.
100 hari pertama sebagai gebrakan seorang pemimpin seperti itu, kemudian menjadi tradisi.

Dari sana akan ketahuan, ke mana pemerintahan hendak diarahkan. Nah, di Malang Raya sekarang, bagaimana?!

Inilah pemimpin kita, eksekutif maupun legislatif….ya ini adanya.

Mereka ada dalam satu sistem politik. Kepentingannya bertumpu pada partai, pada koalisi.

Pemimpin kita…ya yang ada ini.
Ya ini adanya.

Sudah jadi, harus kita terima. Percuma kita keluhkan.

Jadi, kita bantu. Ayo dibantu.

Bukan untuk mereka, tapi demi kita. Kita, yang hidup di sini. Rumah kita di sini. Bergaul kita di sini. Cari makan kita di sini. Mati pun di sini.

Maka, ayo berbuat. Apa yang mestinya jadi prioritas, yang langsung menyelesaikan persoalan utama warga.

Misalnya, mengekpresikan dan menguatkan kota yang pas dengan karakter dan identitas Malang sebagai kota pendidikan dan pariwisata. Atau mengatasi banjir supaya rumah kita tidak tenggelam. Kita berbuat saja yang optimal.

Kalau terpaksa ada yang harus ditangani pemerintah, kita luruk bersama, supaya langsung ditindaklanjuti. Paksa!

Ada caranya. Rakyat itu punya power. Apa saja persoalan yang prioritas, ayo dihimpun.
Terus kirim untuk ditindakanjuti konkret.

Kirim….
Kirim???

Kirim ke mana ya?! Yang tidak terkooptasi oleh koalisi-koalisi, yang tidak dalam agenda kepentingan-kepentingan kelompok.

Repot ya?! Hehehe……

Atau gini, jangan-jangan kita sudah waktunya punya dewan kota, yang independen, ekpresi rakyat, asli. Bukan ekspresi partai. Yok opo yo?! Perlu ta?! Koyok e wis wayahe…..

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button