Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 67 : Presiden Baru, Harapan Baru

Blues Spirit Sesi 67 : Presiden Baru, Harapan Baru

Banyak di antara kita yang ingin segera saja tanggal 20 Oktober itu datang, untuk melihat bagaimana prosesi berhentinya Pak Jokowi –seorang presiden yang habis masa tugasnya– setelah 10 tahun berkuasa.

Setelah acara resmi nanti di MPR/DPR, apa beliau jadi diarak dari gedung MPR/DPR Senayan itu ke Istana Negara dengan mboil terbuka, sebagai penghormatan dan tanda selamat berpisah?

Sudahkah diantisipasi luapan hati rakyat yang mungkin saja jadi kontroversi?

Mungkin saja ada tangis haru, tanda terima kasih dari rakyat. Atau juga teriakan Mulyono, fufufafa.

Pak Jokowi telah meninggalkan warisan yang sudah kita ketahui bersama plus minusnya. Jadikah arak-arakan itu?

Atau langsung saja ke Bandara Soekarno Hatta untuk terbang pulang ke kampung halamannya. Di sana kan juga sudah disiapkan bagaimana welcoming putra daerah kembali ke kampung halamannya, Solo.

Adegan lain yang juga ingin kita saksikan adalah bagaimana naiknya presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mulai bekerja dan berkuasa penuh atas negeri yang sesungguhnya kaya raya, tapi rakyatnya masih banyak yang miskin ini.

Kita juga bakal menyaksikan nanti –dan untuk hari-hari selanjutnya– bahwa wakilnya Gibran Rakabuming Raka, akan mampu berada di sampingnya, mendampinginya ataukah justru dipundaknya, membebani?

Beban, bersama beban-beban yang lain yang ditulis oleh Pak Prabowo sendiri dalam bukunya Paradoks Indonesia.

Pak Prabowo tampaknya lebih gampang dipahami. Kata-katanya adalah perbuatannya. Setidaknya itu kata teman-teman dekatnya, yang sekarang mengajak kita untuk optimis meraih masa depan bersamanya.

Pikiran-pikiran Pak Prabowo bisa dibaca sejak 20 tahun silam. Sejak mengincar tampuk pimpinan tertinggi negeri yang diperjuangkannya dengan gigih. Jatuh bangun dia mengejarnya, sampai berhasil ini.

Pikiran itu diaktualkan dalam buku Paradoks Indonesia. Di situ bisa kita baca cita-citanya memakmurkan bangsa dan negara.

Saya pernah mendapatkan paparan gagasannya itu beberapa kali di rumahnya yang asri dan sangat luas, Hambalang, pada 2014. Pada waktu itu, Pak Prabowo sedang menjalin kemungkinan berpasangan dengan Pak Dahlan Iskan, pimpinan saya, untuk Pilpres 2014. Saya sebagai penghubungnya.

Pak Prabowo itu tahu dan sangat mengerti bahwa ada orang kaya Indonesia yang jumlahnya hanya satu persen menguasai 72 persen tanah di Indonesia. Beliau juga tahu ada Rp 11 ribu triliun uang orang Indonesia berada di luar negeri.

Yang dari jumlah itu, Rp 2.600 triliun rupiah di antaranya ditaruh di Singapura. Bayangkan, apakah tidak berarti Singapura yang kecil itu dibangun oleh uang orang Indonesia?

Beliau paham bagaimana kekayaan negara bocor melalui korupsi, kolusi dan nepotisme. Beliau juga mengetahui bahwa sebanyak 46 persen penghasilan masyarakat Indonesia hanya cukup untuk makan saja.

Juga paham keberadaan ruang kelas sekolah saat ini yang rusak dua dari tiga ruang kelas yang ada. Pak Prabowo akan memperbaiki semua itu.

Calon pembantunya, menteri-menteri dan pejabat negara sekelas menteri yang akan bekerja telah dipanggilnya.

Banyak. Sudah sekitar 49 yang dipanggil. Belum jelas akan jadi berapa jumlah menteri dan pejabat setingkat menteri. Sebelumnya 34 menteri terdiri dari 4 menko dan 30 menteri.

Jumlah yang mungkin banyak itu, suatu kebutuhan ataukah sekedar akomodasi koalisi? Kita lihat nanti…

Yang jelas Pak Prabowo berjanji ingin membuat Indonesia kembali mengaum sebagai Macan Asia. Suatu sebutan karena kedigdayaan, kewibawaan, martabat, kesejahteraan dan kekuatan ekonomi pada zaman Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan awal Bung Karno sebagai kepala negara.

Spirit mengaumkan kembali Indonesia sebagai Macan Asia itu, juga harus menjadi spirit kita semua. Tentu saja bagi kita di Malang Raya.

Dengan Pilkada bulan depan, di Malang Raya, akankah lahir Singo yang gagah yang tampil sebagai kepala daerah yang mampu membangun karakter, martabat dan kesejahteraan?

Menjadi Singo Edan yang ngamuk melawan kemiskinan dan ketidakadilan untuk kemakmuran di Bhumi Arema.

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x