Blues Spirit Sesi 53 : Tahun Apa Ini? 2023 ke 2024
Tahun apa ini? Tahun apa yang kita tinggalkan ini? Tahun apa yang dibilang baru ini?!
Kenapa di saat yang pantas belajar dari masa lalu, lalu tegak merancang masa depan, justru kata-kata hilang. Hanya mulut menganga, memergoki bengis nafsumu, tabiatmu menguasai kerajaanmu, di pusat sampai daerah.
Kaki tanganmu pun telah ikut menjadi pintar mempertontonkan adegan, bagaimana menuju B tapi berkata A, bagaimana teriak maling sambil memalingi kekayaan alam dan segala warisan.
Simak juga :
Kamu digdaya sebagai angkara. Partisipasi kau ubah jadi mobilisasi, lalu kau seragami dalam irama persepsimu. Belok, walaupun dengan riting demokrasi, kau tangkap. Apalagi melawan arus, pangkas.
Daerah meniru. Pagar dibongkar katanya demi rakyat. Tapi kembali didirikan dengan seleranya justru untuk membatasi rakyat. Merawat tanaman terasa lebih penting dari pada merawat hati rakyat.
Sambil mulut teriak, ini semua demi rakyat. Kesadaran direndahkan. Kemanusiaan diabaikan. Kedaerahan tidak dipentingkan. Dikalahkan oleh sorot matamu dan aturan yang kau buat.
Semua harus taat. Mereka kau absen setiap saat, tiga bulan sekali tidak lagi kau sepakat. Partisipasi kau ubah menjadi mobilisasi, kau seragami menurut kebutuhanmu dalam irama persepsimu.
Tahun apa ini?! Tahun apa yang kita tinggalkan ini? Tahun apa yang baru ini?
Aku tidak bisa membariskan kata yang bermakna keindahan walaupun hakikat hidup seharusnyalah indah. Sekedar mampir minum, untuk menata cinta.
Cinta kepada Tuhan, kepada tanah air dan manusia. Tahun apa ini? Korporasi sudah diskusi menamakan tahun sesuai prediksi. Ada tahun konsolidasi, tahun impas, tahun bertahan, tahun mimpi untuk sepeda tidak rugi, tahun laba dan tahun sikat apa saja.
Anak-anak terbangun.
“Kita sedang berada di mana ini?!” tanyanya.
Kita bersama-sama sedang berada di kerajaan bernama Konokanda. Dan maaf, masih seperti ini keadaannya. Belum bisa aku tuturkan kata-kata indah. Karena kita sedang terendam dalam didih kawah Condrodimuko.
Sabar sajalah, sambil terus berbuat. Hadapi sajalah, sambil terus usaha. Proses ini adalah harga perjalanan menuju gemah ripah.
Innallaha laa yughoyyiru maa biqoumin hatta yughoyyiru maa bi anfusihim
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Kita pasti kita terbang menjadi Putra Pringgondani.
Malang, dini hari 1 Januari 2024
Imawan Mashuri
Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia