Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 45 : Malang Raya Mana Maumu

Blues Spirit Sesi 45

MANA MAUMU?!

Pertanyaan apa maumu Malang Raya, yang kita ungkit pada Blues Spirit Sesi 44 lalu adalah ini.

Kalau sekarang ada calon kepala daerah atau calon wakil rakyat yang sangat hebat, reputasinya selalu sukses, suksesnya melebihi target, bertanya :

“Apa maumu warga Malang Raya?! Ini saya, calon anggota dewan atau calon kepala daerah, siap bekerja. Apa tugasnya?!”

Apa jawaban kita?! Apa hanya bilang pokok’e gawi-en Malang Raya sing apik. Apa hanya begitu?!

Kita ini majikannya. Pemilik kedaulatan. Yang menggaji mereka lewat pajak-pajak yg kita bayar.

Punyakah kita mau, yang kemauan itu mewakili mayoritas warga?!

Yaitu kemauan yang sudah terkonfirmasi, teruji secara akademik, terbukukan dengan baik, khususnya inti atau dasar utamanya?!

Menjadi semacam kitab suci. Atau sebut saja Kitab Suci Malang Raya. Misalnya, yang membagi Malang Raya berdasar geografis. Wilayah utara, selatan, timur dan barat mau jadi apa?!

Yang tidak berubah-ubah, yang tidak hanya suka-suka rezim. Lalu…

Sosial, budaya, ekonomi dan pendidikannya, yang dikonsep terukur. Kemudian dikunci untuk dikerjakan berkesinambungan secara disiplin. Oleh siapapun penguasanya.

Apa yang harus dilestarikan?

Mana yang harus dikuatkan?

Dan apa saja yang harus dicerahkan?!

Semua itu untuk menentukan arah pembangunan, fisik maupun moral budaya. Untuk menjadikan daerah ini berkarakter dengan identitas yang kuat dan sejahtera.

Jangan hanya dipercayakan kepada rezim, yang kesibukannya banyak tersita untuk urusan politiknya. Yang bekerjanya hanya berdasarkan RPJ, Rencana Pembangunan Jangka….

Jangka panjang, menengah dan…pendek.

Sejauh-jauh jangka itu, panjangnya hanyalah satu periode. Kalau mereka jadi lagi, akan dilanjut. Itupun masih akan kalah oleh angin politik.

Apalagi kalau ganti rezim. Arah bisa berganti total.

Bayangkan kalau satu rezim membawa kita ke barat. Lalu ganti rezim baru, arahnya diubah ke timur. Kapan akan sampai?! Siapa yang dirugikan?!

Itulah sebabnya diperlukan Kitab Suci Malang Raya itu, yang dibuat oleh para tokoh, mewakili unsur-unsur masyarakat.

Maka bersatulah para tokoh warga. Bikin Kitab Suci Malang Raya itu. Termasuk, terutama Aremania, yang sesungguhnya begitu kuat dan mampu mewakili eksistensi Arek Malang.

Oleh sebab itu, seperti yang selalu saya bilang ini. Sekali lagi saya sebaga Arek Malang berharap Aremania punya pemimpin utama yang menyatukan.

Menyatukan kelompok-kelompok Aremania. Punya legal standing. Kalau tidak, perjuangannya tidak akan bisa optimal.

Tragedi Kanjuruhan telah memberi pelajaran. Bahkan sampai pekan ini, memasuki persis satu tahun tewasnya 135 Aremania itu, kita sudah merasakan daya tekan perjuangannya sekuat apa?

Berpotensi dipecah-pecah. Kita semua tahu dan merasakan, bagaimana hasil atau keadilan untuk tragedi yang membuat pilu dunia itu.

Jadi, kita semua harus menyatu, punya mau yang konkret. Untuk Malang Raya.

Dengan dasar itu, kita bisa cari atau membentuk pemimpin yang bisa menjalankan. Eksekutif maupun legislatif. Dengan dasar itu pula, kita bisa menemukan pemimpin yang punya local nation interest.

Local nation interest ialah roh yang memberi karakter pada arah yang ditentukan. Bukan sekadar visi misi. Bagaimana pemimpin dengan local nation interest itu?! Ikuti Blues Spirit Sesi 46.

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x