Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 4 : Kegagahan Kebo Arema

Blues Spirit Sesi 4

Pada sesi tiga lalu, kita singgung sedikit, puncak kegagahan atau pengabdian Kebo Arema. Totalitas pengabdiannya seperti sengaja meninggalkan pesan, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Begitulah menjaga komitmen. Ketika di Singosari, dia tuntas. Sampai kerajaannya tumbang.

Begitu pun ketika hijrah ke Majapahit, sebagai kelanjutan menjalankan amanah yg diembannya. Meneruskan perjuangan menyatukan Nusantara, yaitu keinginan rajanya dulu ketika di Singosari.

Di Majapahit, dia masih bersama sejumlah punggawa Singosari, yang kini menyatu memperkuat Majapahit itu. Kebo Arema tergambarkan sebagai andalan kerajaan, menguasai seluruh kemampuan tempur. Terutama kavaleri, yaitu berkuda.

Bertempur itu dari dulu sampai sekarang, untuk mempertahankan negara maupun menyerbu, menaklukkan. Ada tiga satuan kekuatan :

Satu, infanteri yaitu pasukan penyerbu langsung.

Dua, kavaleri yaitu pasukan berkuda, sekarang adalah tank.

Lalu ketiga, artileri yaitu peralatan penghancur jarak jauh. Dulu panah, sekarang bom, meriam, roket, rudal dan seterusnya. Kemampuan kavaleri Arema keren. Dia berkejaran dengan tokoh pemberontak Majapahit yaitu Ronggolawe.

Ronggolawe dipepet sedemikian rupa, sampai terpental dari kuda dan tercebur ke sungai Tambak Beras. Keduanya lantas bertarung, tangan kosong. Ronggolawe tersudut, lehernya dikunci oleh tangan kokoh Arema.

Tidak jelas, apakah akan dibunuh oleh Arema. Tapi melihat keadaan itu, Lembu Suro yaitu paman Ronggolawe, tepatnya adik dari ibu Ronggolawe, tidak tega.

Maka, Lembu Suro menusuk Arema dengan keris. Dan Aremapun juga lalu membunuh Ronggolawe yang sudah lemah di tangannya itu. Maka, pada saat bersamaan itu, dua punggawa Majapahit tewas. Dramatis. Kisahnya pun juga dramatis.

Lembu Suro itu, satu kubu dengan Arema. Ada satu lagi Nambi, kakak Ronggolawe. Tiga orang ini memimpin melawan pemberontakan Ronggolawe. Medan tempurnya di sekitar sungai Tambak Beras, antara Mojokerto-Jombang.

Ronggolawe memberontak, muasalnya adalah justru memperjuangkan pamannya, yaitu Lembu Suro, yang diangkat jadi Adipati Tuban. Menurut Ronggolawe, harusnya Lembu Suro jadi panglima tertinggi di Majapahit, bukan dibuang jadi Adipati Tuban.

Lembu Suro sebenarnya sudah senang jadi Adipati. Tapi Ronggolawe tidak terima. Mungkin ada sebab lain. Yang jelas dia berontak, ingin melawan keputusan raja. Maka, Kebo Arema ditugasi menundukkan pemberontakan Ronggolawe itu, didampingi Lembu Suro dan Nambi.

Kisah yang saya ungkap ini, blm tentu benar-benar seperti itu. Sejarah selalu berpeluang direkayasa atau didramatisasi. Ahli-ahlinya bisa lebih menggali. Yang jelas, kisah itu berpusar dari Bumi Singosari, Bumi Arema.

Maka itu, untuk kekayaan pemahaman, dalam kesempatan ini saya usul, khususnya, kepaa seniman-seniman di Malang, khususnya para dalang. Bagaimana kalau dalang se-Malang Raya kumpul, membuat wayang-wayang lain, wayang tentang sejarah Singosari dan yang terkait dengan itu.

Dengan seluruh kisah-kisahnya. Saya yakin menarik. Terutama bisa lebih menguatkan sejarah, warisan-warisan dan kearifan lokal yang kita miliki.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x