Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 15 : Mana Imajinasimu?

Blues Spirit Sesi 15

Pada sesi 15 ini, ayo kita berimajinasi kembali tentang Kayutangan. Imajinasi itu perlu, karena suatu gerakan, perubahan, kemajuan, itu bermula dari imajinasi.

Terus diolah, dikembarakan kemana-mana, dipadupadankan, diukur kemungkinan-kemungkinannya. Terus sampai kemudian digagaskan, diniatkan, dikerucutkan menjadi rencana, kemudian dinarasikan, dibuat strategi langkah, sampai terwujud.

Kayutangan bisa kita bayangkan begini; seluruh bangunannya di sisi kiri kanannya, mulai dari utara yaitu dari PLN sebelah kiri dan Hotel Trio Indah sebelah kanan. Terus sampai Sarinah dan Hotel Riche, telah terwujud keaslian bangunannya, satu kompleks di sudut sebelah patung Chairil Anwar.

Simak juga :

Dulu dikenal toko buku siswa di situ, jadikan kafe-kafe dan resto-resto ala Belanda, plus ornamen, dan bahkan pakaian penjualnya. Totally Belanda!

Satu kompleks itu kemudian bangunan di sisi kiri kanan koridor semuanya dicat satu warna. Misalnya putih pastel soft yaitu karakter cap bangunan tua yang terpelihara.

Kalau misalnya bangunan belum terwujud menjadi asli kembali, setidaknya di cat saja dulu dalam satu tone color, warna putih soft tadi. Itu sudah akan berubah wajah.

Lalu, di sepanjang trotoar semua ada terasan tendanya dari kayu dan diselampiri kain seperti di sekitar toko-toko kebanyakan di Eropa, seperti di sekitar Menara Eiffel, seberang Menara Pisa, di Volendam, di Amsterdam, dan lain-lain. Untuk orang duduk-duduk, minum, menikmati Kayutangan.

Ini bukan sekedar meniru, tapi memang ada gambar bahwa di sebagian Kayutangan tempo dulu ada foto seperti itu. Di Kayutangan, tidak boleh ada kendaraan pribadi masuk. Tapi harus disediakan bis terbuka, pendek, orang bisa loncat.

Berfungsi sebagai trafolator atau eskalator datar seperti di bandara. Bis ini jalan terus, tidak satu, jalan pelan, misalnya 5 km/jam. Sekedar mengganti supaya orang tidak berjalan kalau capek, tapi terus bergerak ke tujuan.

Adapun parkir bisa di sekitar Senaputra, Splendid, Jalan Arjuno atau di sekitar-sekitar situ. Parkir ini serahkan saja kepada warga. Itu bisnis baru, warga pasti akan senang. Pakai model baru perparkiran.

Parkir rotary otomatis namanya. Dari baja, berputar, ukuran 5 x 7 meter. Hanya 5 x 7 meter, itu hanya seukuran satu garasi besar, bisa nampung 10-12 mobil. Sudah banyak negara-negara tetangga yang bikin seperti itu.

Modalnya Rp 1,8 M termasuk sewa lahan. Ini serahkan saja pada warga sekitar, berapa banyak orang punya rumah yang lahannya bisa diberdayakan seperti itu. Banyak sekali. Pemerintah tidak perlu lagi dana penyiapan parkir, cukup aturan saja. Atur supaya dapat PAD.

Sarana-sarana ini padukan dengan kekuatan eksisting, termasuk budaya di sana. Maka, down town dan city walk Kayutangan, insyaallah akan jadi yang terbaik, setidaknya di Jawa Timur. Ini hanya sekedar satu imajinasi.

Mana imajinasimu? Ayo dikumpulkan, diseleksi sebagai masukan untuk kemajuan bersama.

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group dan beberapa media di Indonesia

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio


x