Berkaca dari Miftah Maulana, Hati-hati Berbicara di Depan Massa

CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Belakangan ini media sosial tengah ramai membahas perilaku Miftah Maulana alias Gus Miftah yang mengucapkan kata-kata kasar kepada seorang penjual es teh. Beranjak dari kejadian itu, ternyata semakin terkuaklah bahwa Miftah memang kerap berkata kasar bahkan merendahkan orang lain.
Menanggapi hal itu, Ketua ISNU Jawa Timur Profesor Mas’ud Said menyebut the biggest lessons bagi para pejabat publik maupun tokoh agama adalah pentingnya melakukan pengendalian diri di depan publik. Karena setiap kata maupun tindakan memiliki konsekuensi besar.
“Para pejabat publik fokus work in silence atau fokus pada pekerjaannya saja untuk menunjukan hasil dan kinerja,” kata Prof Mas’ud.
Sementara Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya Maulina Pia Wulandari menjelaskan publik speaker harus memahami 6 hal sebelum berbicara di depan umum. Antara lain mengetahui siapa dirinya, siapa audiencenya, media yang digunakan (tradisional atau modern), efek dan dampak jangka panjang dari materi, aksesibilitas kultural hingga ekspektasi audience.
“Saat ini masyarakat semakin aware dengan apapun yang disampaikan oleh pejabat publik. Termasuk juga ada pengaruh media sosial yang masif seiring dengan kebebasan berpendapat,” kata Pia.
Sehingga setiap tokoh publik harus benar-benar memperhatikan ucapan dan etika di hadapan masyarakat. Praktisi Publik Speaking Oneng Sugiarto menambahkan bahwa berbicara di depan warga butuh banyak persiapan termasuk teknik dan penguasaan materi. Tidak hanya berlaku untuk pejabat publik atau tokoh agama tapi untuk semua orang.
“Tips yang bisa Anda gunakan adalah membuat script atau naskah agar bisa lebih tertata, terarah, hati-hati. Termasuk ketika ingin membuat jokes atau candaan, harus menyesuaikan target audiens,” kata Oneng.
Menurutnya, pembicara harus tau siapa audience-nya agar bisa melakukan sinkronisasi dengan materi yang akan dia sampaikan,” pungkasnya. (Yolanda)
Editor : Intan Refa