Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Nurochman: Perlu Perubahan Paradigma

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Pemerintah Kota Batu mengalihkan fokus penanganan bencana dari langkah reaktif menjadi tindakan preventif. Langkah ini diambil sebagai respons atas meningkatnya bencana hidrometeorologi di wilayah Kota Batu.
Menurutnya, data menunjukkan tren peningkatan kejadian bencana di Kota Batu. Hingga Oktober 2025, tercatat ada 149 kejadian bencana yang sebagian besar merupakan bencana hidrometeorologi. Dari jumlah itu, 57 persennya adalah bencana tanah longsor, lalu angin kencang 25 persen dan banjir 11 persen.
“Dengan kondisi geografis yang berbukit dan banyak aliran sungai, ancaman utama kita adalah tanah longsor, banjir bandang, dan genangan air,” jelas Wali Kota Batu Nurochman saat Apel Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi Musim Hujan 2025–2026, Selasa pagi (11/11/2025).
Cak Nur sapaan akrabnya, menegaskan perlunya perubahan paradigma dalam menghadapi bencana. Menurutnya selama ini pemerintah selalu menghadapi bencana dengan cara reaktif. Ia menyebut, mitigasi fisik akan focus pada dua area utama yaitu wilayah hulu sungai dan infrastruktur perkotaan.
Di wilayah hulu, Pemkot Batu melakukan mitigasi banjir bandang melalui susur sungai dan pembersihan potensi sumbatan di 94 titik kritis lereng Gunung Arjuna. Titik-titik ini tersebar di aliran sungai utama seperti Sungai Brantas, Pusung Lading, Gelagah Wangi, Jurang Susuh dan Krecek.
Sementara di kawasan perkotaan, upaya mitigasi dilakukan dengan revitalisasi saluran air dan drainase. Termasuk pelebaran saluran menggunakan box culvert di sejumlah ruas jalan utama untuk memperlancar aliran air dan mencegah genangan saat hujan deras.
Selain memperkuat infrastruktur, Pemkot Batu juga mendorong koordinasi lintas sektor pentahelix yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media. Setiap elemen diminta untuk mengaktifkan kembali Posko Siaga serta mengoptimalkan sistem peringatan dini (Early Warning System) di kawasan rawan bencana.
“Saya berharap apel siaga ini tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi benar-benar meningkatkan kesiapsiagaan bersama. Karena bencana tidak mengenal waktu dan tempat, serta bisa datang kapan saja,” pungkasnya.
Reporter: Asrur Rodzi
Editor: Intan Refa



