NewsOlahraga

Asa Cabor Biliar Kota Batu Demi Jemput Dua Medali Emas


Para atlet biliar kontingen Kota Batu tengah berlatih menyongsong Porprov IX. (Foto : Asrur Rodzi)
Para atlet biliar kontingen Kota Batu tengah berlatih menyongsong Porprov IX. (Foto : Asrur Rodzi)

CTYGUIDE FM, KOTA BATU – Menghitung hari, mendekati pertandingan Porprov IX Jatim, bisa dipastikan para atlet seluruh cabang olahraga (cabor) bersungguh-sungguh mempersiapkan diri. Tak terkecuali cabor biliar.

Di GSart Bilyard yang berlokasi di Desa Ngaglik, Kecamatan Batu terlihat sejumlah orang berusia 13-23 tahun tampak serius berlatih. Ada 13 meja biliar di sana. Lima buah di bagian depan dan delapan sisanya di bagian belakang.

Tempat ini memang menjadi pusat pelatihan para atlet kontingen Kota Batu. Pelatih biliar Eko Utomo (42) terlihat sibuk memberikan arahan kepada beberapa atlet.

“Sejak Januari, kami berlatih rutin setiap hari. Rata-rata mereka latihan dua jam per sesi,” ujar Eko.

Eko yang telah bergabung dengan Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) sejak tahun 2019 ini mengatakan bahwa rentang usia atlet yang mengikuti Porprov berkisar antara 13-20 tahun.

“Yang paling muda itu yang baju pink, usia 13 tahun,” kata Eko sambil menunjuk Amanda Vanesya, pelajar SMPN 1 Batu yang sedang fokus memainkan bola nomor 10.

Amanda tidak sendiri. Ia berlatih bersama saudara kembarnya, Alexa Valen. Keduanya mendapat dispensasi dari sekolah untuk pulang lebih awal.

“Mereka pulang pukul 13.00 WIB agar bisa latihan. Normalnya jam pulang sekolah pukul 15.00,” lanjutnya.

Hari itu Rabu (11/6/2025), hanya lima atlet yang berlatih. Satu absen karena sakit, sementara satu lagi sedang kuliah di Yogyakarta.

“Mereka bebas berlatih di sini sejak tempat buka, dari jam 12 siang sampai 6 sore. Untuk yang kuliah, dia tetap latihan mandiri dan melaporkan perkembangan setiap hari,” jelasnya.

Dalam Porprov nanti, ada kategori bola 8, bola 9, bola 10 dan bola 15. Setiap kategori terbagi dalam nomor perorangan dan beregu, serta terbagi menjadi putra, putri dan campuran. Jadi ada 18 piala yang diperebutkan.

Menurut Eko, tidak adanya pembagian usia di cabor biliar menjadi tantangan tersendiri. Terutama untuk regenerasi atlet.

“Tidak ada pembagian usia, jadi yang usia 13 bisa melawan yang 23 tahun. Ini yang bikin regenerasi agak berat,” ujarnya.

Hal ini membuat kota-kota dengan atlet usia mendekati batas maksimal memiliki keunggulan. Eko menyebut Malang, Surabaya, Gresik, dan Kediri sebagai pesaing utama Kota Batu.

Namun, regulasi baru justru memberi angin segar bagi Kota Batu. Jika sebelumnya satu kota bisa mengirimkan banyak atlet dalam satu nomor, kini jumlahnya maksimal dua orang per nomor pertandingan.

“Dulu satu partai bisa ada lebih dari dua atlet, jadi peluang menang besar. Sekarang dibatasi, satu partai maksimal dua orang,” jelas Eko.

Dalam Porprov sebelumnya di Mojokerto pada tahun 2019, tim biliar Kota Batu berhasil membawa pulang dua medali perunggu. Tahun ini, dengan latihan yang lebih terstruktur dan menjadi tuan rumah, mereka menargetkan dua medali emas.

“Unggulan kita ada di bola 15 grup campuran dan 15 perorangan putra. Anak-anak memang lebih sering latihan di nomor itu,” kata Eko.

Dukungan dari pemerintah juga menjadi penyemangat. Dalam rapat bersama KONI Kota Batu, pemerintah menjanjikan bonus Rp40 juta untuk peraih medali emas di nomor perorangan, serta tambahan Rp20 juta untuk nomor beregu.

Reporter : Asrur Rodzi

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button