Ekonomi BisnisNews

Pengamat: Indonesia Alami Oversupply Tenaga Kerja

Ilustrasi lowongan kerja. (unsplash.com/Nathan Dumlao)
Ilustrasi lowongan kerja. (unsplash.com/Nathan Dumlao)

CITY GUIDE FM – Beberapa waktu yang lalu, media sosial ramai soal kericuhan di Job Fair Cikarang, Kabupaten Bekasi. Para pelamar lengkap dengan map coklat membludak hingga saling dorong yang berujung saling baku hantam.

Ini tentu masalah serius. Namun, Kementerian Ketenagakerjaan malah menyoroti persoalan teknis penyelenggara job fair.

Padahal menurut Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Norman Luther Aruan, membludaknya pencari kerja menunjukkan bahwa jumlah pengangguran jauh melebihi lowongan yang tersedia. Kondisi ini mengindikasikan adanya fenomena job mismatch yaitu ketidaksesuaian antara kualifikasi pencari kerja dengan kebutuhan industri.

“Job fair kerap dianggap sebagai solusi cepat untuk mengatasi pengangguran. Padahal, tanpa pendekatan yang menyeluruh, acara ini hanya akan menjadi agenda rutin yang mengundang keramaian, tapi tidak menyentuh akar permasalahan,” tulisnya dalam The Conversation.

Data dari berbagai penyelenggaraan job fair hampir dipastikan semuanya dibanjiri pelamar. Job fair di Kabupaten Bekasi misalnya, hanya menawarkan 3 ribu lowongan pekerjaan, tapi dihadiri 25 ribu orang pencari kerja.

Contoh lainnya, Naker Fest 2024 yang diadakan oleh Kemnaker tahun lalu. Acara ini menyediakan 110 ribu lowongan kerja dari 110 perusahaan. Jumlah lowongan yang ditawarkan memang besar, namun belum tentu ada kesesuaian antara kualifikasi pencari kerja dan kebutuhan perusahaan.

Menurutnya yang dibutuhkan justru peningkatan kualitas pendidikan, pelatihan keterampilan yang relevan, serta penciptaan lapangan kerja baru. Meski pemerintah dan pihak swasta rutin mengadakan job fair setiap tahun, tingkat pengangguran masih tinggi.

“Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan job fair belum efektif menekan angka pengangguran. Faktor-faktor mendasar seperti ketidaksesuaian keahlian, kurangnya informasi, dan keterbatasan akses masih menjadi penghalang utama bagi pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan,” lanjutnya.

Penelitian menunjukkan tingginya tingkat job mismatch disebabkan oleh lembaga pendidikan yang belum selaras dengan kebutuhan pasar kerja. Akibatnya, banyak lulusan yang dihasilkan tidak terserap oleh industri. Ini juga menjadi indikator gagalnya pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja.

Menurut Norman, pemerintah perlu mengakui realitas ini dan mengambil langkah-langkah nyata untuk mengatasi akar permasalahan. Untuk solusi jangka pendek, pemerintah perlu melakukan revitalisasi dan reorientasi job fair yang lebih tematik berdasarkan sektor industri.

Hal ini dapat mencegah membludaknya para pencari kerja karena lowongan yang tersedia sudah lebih spesifik dibandingkan job fair yang lebih umum. Kemudian pemerintah dapat melakukan survei cepat untuk memetakan keterampilan pencari kerja dan kebutuhan perusahaan lokal. Data ini nantinya dapat digunakan untuk mencocokkan pelamar kerja dan lowongan yang tersedia secara akurat saat job fair.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah edukasi kepada masyarakat khususnya pencari kerja mengenai tren pekerjaan masa kini. Termasuk kebutuhan keterampilan digital dan vokasional melalui media sosial dan seminar online. Hal ini dapat membantu para pencari kerja untuk menyiapkan dirinya agar dapat terserap dengan baik di dunia kerja.

Sedangkan solusi jangka panjang, penguatan link and match dunia pendidikan dan industri adalah keniscayaan. Penciptaan kemitraaan formal antara sekolah/kampus dan perusahaan melalui penempatan guru tamu dari industri, sertifikasi kompetensi yang diakui dunia kerja dan skema magang wajib bersertifikat adalah kondisi-kondisi yang harus dipenuhi.

Kemudian, perlu ada insentif bagi industri yang mau menyerap tenaga kerja lulusan baru.

“Pemerintah dapat memberikan insentif pajak atau subsidi pelatihan bagi perusahaan yang memperkerjakan lulusan baru dan melatih mereka secara on-the-job. Selain itu, pengembangan ekosistem lifelong learning merupakan strategi jangka panjang yang perlu dipertimbangkan,” jelas Norman.

Perkembangan teknologi mengubah lanskap dunia pekerjaan begitu cepat. Oleh karena itu, lifelong learning adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Kerja sama pihak terkait adalah kunci penting dalam mengatasi fenomena ini.

Tanpa pembenahan peningkatan kualitas sumber daya manusia nasional yang berkelanjutan, sampai kapan pun job fair takkan efektif mengurangi pengangguran secara signifikan.

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button