Program Sekolah Rakyat, Bagaimana Operasionalnya di Malang?

CITY GUIDE FM, IDJEN TALK- Berdasarkan Inpres No 5 tahun 2005, Presiden Prabowo Subianto akan mendirikan Sekolah Rakyat (SR) untuk memutus mata rantai kemiskinan lewat Pendidikan. Termasuk salah satunya di Kota Malang.
Kepala Dinas Sosial P3AP2KB Kota Malang Donny Sandito mengatakan sesuai instruksi, pihaknya hanya menyiapkan tempat dan siswanya, sesuai Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional. Mereka yang terpilih nanti adalah anak kategori miskin ekstrem dan sangat miskin.
“Sementara untuk segala kebutuhan termasuk kelengkapan fasilitas berasal dari pemerintah pusat,” kata Donny.
Saat ini ada 3 titik yang rencananya akan jadi tempat Sekolah Rakyat yaitu eks Politeknik Kota Malang, asset Pemprov di Jalan Kawi dan aset Universitas Brawijaya di jalan yang sama sebagai gedung sekolah. Sementara asramanya ada di rusunawa Tlogowaru.
Donny menambahkan pada tahap awal, pihaknya menjaring siswa SD ke SMP dan SMP ke SMA. Lalu pihaknya juga akan menawarkan pada anak putus sekolah untuk melanjutkan sekolah kembali.
“Pemilihan calon siswanya secara tertutup, untuk desil 1 dan desil 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSN),” lanjutnya.
Proses verifikasi saat ini telah berjalan dengan bantuan kelurahan. Kendala yang terjadi di lapangan adalah banyak wali murid tingkat SD yang merasa keberatan terhadap sistem boarding school. Sedangkan, untuk tingkat SMP-SMA sejauh ini mendapat respon bagus.
Lantas kapan SR ini mulai beroperasi? Donny mengatakan tahap pertama masuk di tahun ajaran baru 2025/2026 tergantung daerah mana yang siap.
“Mengingat timeline-nya cepat, berapapun siswa yang terjaring nanti akan kami ajukan ke pemerintah pusat,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UM Zulkarnain berpendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya soal kesiapan fasilitas. Tapi soal pendekatan kepada mereka yang memiliki karakteristik beragam.
“Pendekatan dalam memilih peserta didik, apalagi mereka yang sudah pernah merasakan dunia kerja. Maka selain belajar kurikulum nasional, mereka juga butuh keterampilan lain,” kata Zulkarnain.
Pada intinya, dia setuju saja dengan SR sebagai salah satu strategi pengentasan kemiskinan. Tapi, lembaga formal saja tidak cukup. Pemerataan pendidikan itu bisa diimbangi dengan pembelajaraan keterampilan.
“Melihat konsepnya boarding school, kalau anak-anak yang sudah berorientasi kerja akan memikirkan keluarganya di rumah. Itu akan jadi tantangan tersendiri, untuk bisa memberikan pemahaman ke mereka,” pungkasnya. (WL)
Editor : Intan Refa