CITY GUIDE FM – Guilt tripping merupakan taktik manipulatif yang orang tua gunakan untuk membuat anak merasa bersalah. Hal ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk ucapan, ekspresi wajah atau bahkan tindakan yang merujuk pada kesalahan anak.
Pola komunikasi yang seperti ini membuat anak dianggap menjadi penyebab atau bersalah atas kondisi yang dialami oleh orang tuanya. Jika orang tua melakukannya secara terus menerus, hal ini akan memengaruhi kondisi psikologis anak. Berikut adalah dampak komunikasi guilt tripping pada kesehatan mental anak :
Merasa Cemas
Anak yang tumbuh dengan perasaan bersalah akan mudah cemas ketika berhadapan dengan lingkungan baru. Hal ini terbentuk akibat pola komunikasi yang menuntut anak memenuhi ekspektasi orang tua dan keyakinan akan gagal.
Baca juga :
Sulit Mengendalikan Emosi
Anak yang tumbuh dengan rasa bersalah akan cenderung sulit mengendalikan emosinya. Selain itu, anak juga akan sulit mengenali, memahami dan mengekspresikan emosinya akibat pengasuhan guilt tripping. Seperti contohnya ialah anak menjadi mudah tantrum ketika gagal mendapat sesuatu.
Percaya Diri Rendah
Kondisi emosi anak akan memengaruhi rasa percaya dirinya. Jika anak terlalu fokus pada kecemasannya, maka ia juga akan tidak berani untuk melakukan sesuatu. Bahkan, tak jarang juga hal ini dapat membentuk anak menjadi pendiam dan pemalu dalam bersosialisasi.
Gangguan dalam Hubungan Sosial
Selain merasa cemas, pengasuhan ini juga berdampak pada kemampuan adaptasi dan sosialisasi anak dengan teman ataupun lingkungan baru. Rasa cemas, rendah diri dan takut melakukan kesalahan akan menghambat anak untuk bisa terbuka pada pengalaman atau teman baru.
Penulis : Dilla Dyneta (Magang)
Editor : Intan Refa