CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Mungkin hanya sebagian kecil masyarakat Malang yang mengetahui peristiwa Malang Bumi Hangus, ketika Belanda melancarkan agresinya. Dalam Idjen Talk bertajuk “Belajar dari Perjuangan TRIP”, Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono mengatakan memang perlu ada penguatan pada kurikulum sekolah soal sejarah Pahlawan TRIP.
Belajar sejarah sebenarnya tidak hanya secara formal di sekolah saja, tapi juga bisa secara informal. Misalnya dengan berkunjung pada situs bersejarah seperti di Jalan Salak yang sekarang menjadi Jalan Pahlawan Trip.
Di jalan itu juga masih terdapat monumen Pahlawan TRIP. Termasuk kendaraan saat perlawanan pada penghujung 1947 yang ada di Museum Brawijaya.
Baca juga :
Generasi 2 TRIP Jatim sekaligus Wakil Ketua 3 Paguyuban TRIP Jatim Daerah Malang Raya Bidang Asset dan Humas Cone Djarot Koesno Arifin berkata dia mempelajari 3 hal yang dipegang sebagai prinsip menjadi anggota TRIP dari ayahnya. Antara lain berjuang, belajar dan bersenang-senang.
“Sudah menjadi kewajiban setiap hari berjuang untuk membela tanah air dari penjajahan. Tapi sebagai TRIP juga tidak lupa dengan kewajiban lainnya yaitu belajar. Selain dua hal itu, tentu TRIP tidak lupa tetap bersenang-senang, ketika tidak ada perlawanan dari musuh,” terang Cone.
Cone bercerita bahwa ayahnya dulu bertugas di Kompi 1 Malang yang ada di kawasan Pisang Candi. Sehingga dia tidak ikut dalam perlawanan yang ada di Jalan Salak. Tapi ayah Cone pernah menceritakan bagaimana waktu itu perjuangan para pahlawan TRIP dengan umur 14-19 tahun, sudah menenteng senjata.
“Dulu saya sering mengikuti bapak dalam acara reuni. Dari situ bisa terlihat semangatnya masih luar biasa dan kompak sekali, meski sudah berusia tua,” lanjutnya.
Dia sempat merasa malu sebagai generasi muda. Terlihat heroik dan masih memegang teguh nilai patriot. Saat ini seragam kebanggaan ayahnya, menjadi satu kebanggaannya juga.
Editor : Intan Refa
Simak juga tema Idjen Talk lain :
