3 Fase Baby Blues, Sindrom Pembunuh Bayi dan Ibu
CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Meski tidak semua wanita mengalami, tapi Sindrom Baby Blues ini menjadi momok menakutkan bagi ibu pasca melahirkan. Karena akan berakibat fatal jika tidak tertangani. Seperti yang terjadi di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan belum lama ini, di mana seorang ibu hampir melemparkan bayinya di rel kereta.
Wakil Dekan II Psikologi UNMER Malang Husnul Khotimah mengatakan sindrom ini muncul sebagai reaksi adaptasi pada peran ibu, biasanya ada rasa kekhawatiran.
“Sejauh ini tidak banyak orang yang tahu soal baby blues, sehingga ketika muncul beberapa tanda itu tidak segera ditangani,” kata Husnul.
Baca juga :
Efek jangka panjangnya ada rasa ingin menyakiti atau postpartum syndrome. Ada beberapa fase tahapan baby blues. Fase Taking adalah fase pertama, di mana terjadi pada hari pertama sampai hari kedua pasca persalinan.
“Biasanya di fase ini seorang ibu lebih banyak perhatiannya pada diri sendiri, seperti makan lebih banyak dari biasanya,” kata dia.
Setelah itu masuk di fase Taking Hold di hari ke 3 sampai 10. Saat itu ibu merasa khawatir akan kemampuannya merawat bayi dan mudah tersinggung. Pada tahap ini dukungan suami serta keluarga cukup penting untuk membentuk rasa percaya diri. Sekaligus menekan sindrom ini menjadi lebih parah.
Fase ketiga yaitu Letting Go, kondisi saat seorang ibu sudah mulai terbiasa dengan rutinitas dan peranannya. Sementara itu, Ketua Divisi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial FKUB RSSA dr Ariani menjelaskan ada beragam kasus sindrom baby blues dia tangani.
“Seperti orang tuanya tidak menerima bayinya sendiri, salah satunya karena jenis kelaminnya tidak sesuai harapan. Lalu bayi sering sakit-sakitan dan adanya kelainan bawaan pada bayi,” kata dr Ariani.
Dia menambahkan di Indonesia sendiri satu sampai 2 orang dari seribu ibu melahirkan, mengalami sindrom baby blues. (WL)
Editor : Intan Refa
Simak juga tema Idjen Talk lain :