NewsPendidikan

Universitas Brawijaya Akan Kukuhkan 5 Profesor Baru


5 Guru Besar Universitas Brawijaya yang akan segera menjalani pengukuhan. (Foto : Heri Prasetyo)
5 Guru Besar Universitas Brawijaya yang akan segera menjalani pengukuhan. (Foto : Heri Prasetyo)

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan lima profesor baru dari berbagai bidang keilmuan pada Rabu, (28/5/2025) mendatang di Gedung Samantha Krida. Kelima profesor ini berasal dari lintas fakultas.

Antara lain Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Mereka membawa gagasan dan inovasi baru yang relevan dengan tantangan zaman.

Prof Dr Eng Masruroh SSi MSi (FMIPA) memperkenalkan teknologi LATIFA, yakni aplikasi lapisan tipis dalam pengembangan sensor kesehatan dan lingkungan. Teknologi ini memungkinkan sensor berukuran kecil namun sensitif, yang mampu mendeteksi bioaerosol. Seperti bakteri, jamur, virus, serta gas berbahaya dan senyawa VOC.

“Lapisan tipis membuka peluang baru dalam dunia sensor karena fleksibilitasnya tinggi dan bisa diaplikasikan di berbagai substrat. Termasuk lingkungan gas dan cair,” jelas Prof Masruroh, Guru Besar Bidang Material dan Permukaan.

Masih dari FMIPA, Prof Nia Kurniawan SSi MP DSc memperkenalkan model integratif untuk identifikasi dan konservasi spesies vertebrata endemic bernama TAXVERTREE. Dia mengombinasikan analisis morfologi, genetik dan evolusioner, untuk meningkatkan akurasi klasifikasi dan efektivitas pelestarian.

“Taksonomi bukan sekadar identifikasi, tapi juga dasar dalam menetapkan arah kebijakan konservasi spesies langka,” ujar Prof Nia.

Sementara itu, Prof Dr Ir Gatut Bintoro MSc (FPIK) memperkenalkan model PREES-UB, manajemen sumber daya perikanan tangkap berkelanjutan berbasis ekologi, ekonomi, dan sosial. Inovasi ini sebagai respon ancaman praktik penangkapan ilegal (IUU Fishing) dan perubahan iklim yang memperparah degradasi laut.

“Keberhasilan model ini bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat pesisir. Digitalisasi pemantauan stok ikan dan sistem informasi spasial sangat penting untuk mendukung efektivitas kebijakan,” tegas Prof Gatut.

Masih dari FPIK, Prof Dr Ir Daduk Setyohadi MP memperkenalkan Teknologi Sertifikasi Perikanan Lemuru Berkelanjutan Selat Bali (TSPLB-UB). Ini merupakan rancangan sederhana sistem sertifikasi lokal menyesuaikan kondisi Indonesia. Ada enam indikator utama untuk menilai keberlanjutan perikanan.

“Meski bukan sistem global, teknologi ini sangat fokus pada keberlanjutan dan dapat segera diterapkan di lapangan,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya peran pemerintah dan BNSP dalam mendukung regulasi dan promosi ekspor perikanan berkelanjutan.

Dari FEB, Prof Dwi Budi Santoso SE MS PhD memperkenalkan model alat pemetaan yang membantu perencana daerah menyusun kebijakan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan ketimpangan. Model ini bernama Klub Konvergensi Ganda (KKnDa).

“Model ini bisa memprediksi arah pertumbuhan ekonomi dan membantu menyusun kebijakan berbasis dinamika pendapatan serta investasi per kapita,” jelas Prof Dwi Budi.

Dengan pengukuhan kelima profesor ini, Universitas Brawijaya telah memiliki 433 profesor yang aktif berkontribusi dalam pengembangan ilmu dan solusi atas berbagai isu strategis nasional dan global.

Reporter : Heri Prasetyo

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button