Polisi Tidur di Sekitar Unmer Malang Akhirnya Dibongkar
CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Keberadaan speed bump atau polisi tidur menjadi diskusi hangat di ruang udara Radio City Guide FM, khususnya di sekitar Universitas Merdeka (Unmer) Malang yang ketebalannya mencapai 10 cm dan berjajar 3. Tidak sedikit laporan yang merasa terganggu, terjatuh bahkan kehilangan barang bawaan saking tingginya.
Pagi ini (10/12/2024), pendengar Nur Farida kembali mengabarkan bahwa speed trap di tiga titik sekitar Unmer telah dibongkar. Pendengar lain Abrar menambahkan informasi bahwa pembongkaran tersebut sekitar pukul 22.00 WIB.
Menanggapi munculnya speed bump mengganggu tersebut, Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang Widjaja Saleh Putra angkat bicara. Pihaknya mengaku telah melakukan survei ke Jalan Terusan Dieng itu.
“Jalan di Unmer ini masuk kategori jalan kolektor seperti di Araya, sehingga kecepatan bisa mencapai 40 km/jam. Jadi memang mengganggu lalu lintas. Pembongkaran speed trap ini bukan dari dinas perhubungan. Tapi kami memberikan rekomendasi pemasangan speed bump yang benar,” kata Widjaja.
Maka, pihaknya akan membahas persoalan polisi tidur ini dalam Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (FLLAJ). Sejumlah pendengar lain pun juga ikut mengutarakan pandangannya soal polisi tidur ini. Salah satunya Akbar Setiawan.
“Lalu lintas di Unmer ini banyak yang kenceng naik motornya jadi efektif jika ada speed bump,” kata Akbar.
Sementara menurut Indra Hertama, pemasangan polisi tidur di Unmer itu seharusnya seperti Zona Selamat Sekolah (ZoSS) yang tidak terlalu tinggi. Pendengar lain, Adiasta setuju dengan gagasan ini yang menurutnya sudah cukup. Apalagi saat hujan, jalanan menjadi licin yang berisiko menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
“Speed trap di Unmer itu tinggi banget. Dan beberapa hari ini sudah terjadi kecelakaan toh?,” ungkapnya.
Diskusi ini juga memicu Bonar Alehandro untuk berbagi pengalamannya ketika menjadi perangkat RT. Saat itu warga mengusulkan untuk memasang polisi tidur di area perumahan mereka. Lantas Bonar berusaha menggali informasi dan akhirnya dia tahu bahwa petugas pemadam kebakaran sangat tidak merekomendasikan. Alasannya bisa merusak peralatan.
“Tapi warga tetep kekeh untuk pasang. Kemudian di malam lebaran terjadi kebakaran yang posisinya harus melalui 8 polisi tidur. Sehingga mobil PMK tidak masuk ke titik kebakaran dan berhenti sebelum polisi tidur,” cerita Bonar.
Maka menurut hematnya, masyarakatlah yang harus memperbaiki driving addict-nya bukan jalannya. Sementara Herman berpendapat bahwa speed trap yang terlalu tajam, amat sangat tidak nyaman bagi ambulans yang tengah membawa pasien.
“Apalagi pasien yang keadaam kritis. Mestinya yang diberi peringatan ya pengendaranya. Kiranya masukan dari saya tersalurkan,” pungkasnya.
Editor : Intan Refa