NewsPendidikan

Pengamat: Sekolah Rakyat Berpotensi Munculkan Segregasi Sosial

Tangis orang tua dan siswa memberikan pelukan perpisahan sebelum melepas putra-putrinya belajar di Sekolah Rakyat. (Foto : Asrur Rodzi)
Tangis orang tua dan siswa memberikan pelukan perpisahan sebelum melepas putra-putrinya belajar di Sekolah Rakyat. (Foto : Asrur Rodzi)

CITY GUIDE FM – Sekolah Rakyat telah mulai menjalankan kegiatannya pada hari ini, Senin (14/7/2025), bertepatan dengan tahun ajaran baru. Bagi sebagian wali murid, sekolah ini cukup membantu meringankan beban biaya pendidikan.

Walaupun, mereka juga merasa berat meninggalkan putra-putri mereka tinggal di asrama sekolah. Di mata sejumlah pengamat, Sekolah Rakyat bukan solusi menuntaskan ketimpangan pendidikan.

Melansir BBC Indonesia, pengamat pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Itje Chodidjah mengatakan ini adalah segregasi (pengasingan) sosial.

“Saya tetap mengatakan ini adalah segregasi sosial. Bahwa kamu adalah rakyat miskin ekstrem, kamu harus dipisahkan sekolahnya. Itu dampak psikologisnya besar terhadap kejiwaan anak,” ungkapnya.

Begitu pula konsep asrama yang mengharuskan anak berpisah dari orang tuanya tentu tidak mudah secara psikologis. Adaptasi pola asuh di lingkungan yang benar-benar baru bisa memicu stres pada anak.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti. Menurutnya, Sekolah Rakyat berpotensi memunculkan stigma pada anak-anak yang belajar di sana.

“Dalam konteks perlindungan anak, ini bentuk pelanggaran,” tegasnya.

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button