Pemilih Cerdas Tidak Pilih Kucing dalam Karung
CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Kordiv Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Kota Malang Mohammad Hasbi Ash Shiddiqy menyampaikan kerawanan pemilu di Kota Malang masih tergolong tinggi. Hingga saat ini, pihaknya telah menerima setidaknya 6 aduan dugaan pelanggaran selama masa kampanye ini.
Apalagi semakin mendekati hari pemungutan suara, tampaknya juga semakin masif pelanggaran yang bermunculan.
“Sebagian besar aduannya soal money politics. Termasuk di dalamnya membagikan kaos, makanan, alat sekolah hingga sembako,” kata Hasbi.
Baca juga :
Pihaknya terus memantau dan menindaklanjuti setiap aduan yang masuk. Selain itu, pengawasan partisipatif masyarakat juga penting untuk memastikan proses demokrasi berlangsung adil dan jujur.
Sementara Ketua Prodi Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Nasrullah menjelaskan ada dua jenis pemilih saat ini. Yaitu pemilih tradisional dan pemilih rasional.
“Prosentase pemilih tradisional masih mendominasi. Mereka biasanya menggunakan hak suaranya berdasarkan visual, faktor ideologis hingga faktor kekerabatan,” kata Nasrullah.
Sedangkan pemilih rasional yang memilih pasangan calon dari visi misi dan program kerjanya relatif masih sedikit. Menurut Nasrul, pemilih cerdas dalam Pilkada 2024 ini harus mempertimbangkan track record paslon.
“Termasuk konsistensi dan kebijakan jika calon tersebut pernah menjabat sebelumnya,” lanjutnya.
Hal ini terkait dengan teori korespondensi bahwa sebuah pernyataan harus sesuai antara apa yang dibicarakan dengan fakta yang ada. Jadi pemilih harus memilih pasangan calon yang benar-benar mampu dan konsisten dengan janji-janji mereka.
Pemilih harus bisa mempertimbangkan kira-kira sejauh mana visi misi paslon yang bisa terwujud, melihat program kerja yang realistis dan menjawab kebutuhan masyarakat. Jangan sampai memilih kucing dalam karung. (Faricha)
Editor : Intan Refa