NewsPeristiwa dan Kriminal

Pasca Jalur Cangar Pacet Dibuka, BPBD Mojokerto Pasang EWS

Pembukaan jalur Cangar Pacet pasca longsor. (Foto: Istimewa)
Pembukaan jalur Cangar Pacet pasca longsor. (Foto: Istimewa)

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Jalur alternatif penghubung Kabupaten Mojokerto dan Kota Batu via Cangar – Pacet dibuka kembali pada Minggu (7/12/2025). Pembukaan ini berdasarkan hasil asesmen ketat BPBD Provinsi Jawa Timur terhadap area ‘kutukan’, titik krusial yang mengalami longsor parah bulan lalu.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Abdul Khakim menegaskan bahwa pembukaan jalur ini disertai dengan penerapan teknologi pemantauan risiko yang ketat. Mulai dari drone hingga mikrotremor.

“Asesmen di lokasi longsoran dengan menggunakan metode kerentanan tanah atau alat mikrotremor dari BPBD Provinsi karena BPBD Kabupaten tidak punya alat itu,” jelasnya.

Berdasarkan Laporan Analisis Bencana Longsor BPBD Jatim, hasil uji mikrotremor mengungkap fakta yang mengkhawatirkan. Pengukuran tepat di atas mahkota longsor menunjukkan nilai amplifikasi tanah mencapai angka 11,08. Angka ini masuk kategori sangat tinggi karena bernilai lebih dari batas aman yaitu 9.

Selain itu, frekuensi natural tanah yang rendah (2,26 Hz) menandakan adanya lapisan sedimen lunak yang tebal akibat pelapukan batuan vulkanik. Ini mengindikasikan tanah di lokasi tersebut sangat sensitif terhadap getaran dan berisiko tinggi runtuh kembali jika menerima beban eksternal atau curah hujan tinggi.

Menindaklanjuti temuan tersebut, Khakim menjelaskan bahwa rekomendasi mitigasi jangka pendek (Emergency and Short-Term Stabilization) langsung dieksekusi sebagai syarat pembukaan jalan. Salah satunya adalah pemasangan geomembrane atau terpal kedap air pada zona rekahan.

“Untuk jangka pendek, sesuai arahan provinsi, area rekahan kita tutup dengan terpal atau semacam ram-ram (jaring kawat). Tujuannya mencegah air hujan meresap (infiltrasi) yang bisa memicu longsor susulan,” ungkap Khakim.

Tidak hanya itu, kawasan tersebut telah terpasang sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) di beberapa lokasi strategis. Termasuk di kawasan Sendi, titik longsor lama dan area atas Jalur Kutukan. Sistem ini bekerja dengan indikator visual dan audio.

“Di situ ada EWS dengan tiga indikator warna. Hijau, Kuning, dan Merah. Kalau Hijau berarti aman. Kuning tanda perhatian atau waspada. Kalau Merah menyala, itu berarti kondisi parah atau bahaya, dan sirine akan berbunyi kencang,” jelas Khakim.

Alat tersebut akan mendeteksi pergerakan tanah dalam radius sekitar 20 hingga 25 meter dari titik pasang. Kendati demikian, pihaknya meminta pengguna jalan untuk tidak lengah. Berdasarkan pemetaan visual di lapangan, Khakim menyebutkan setidaknya ada lima titik yang patut diwaspadai.

“Ada lima titik potensi longsor. Dua titik tergolong sangat besar, sementara tiga titik lainnya berskala kecil yang berada di bawah area Kutukan,” rincinya.

Ke depan, BPBD Jatim merekomendasikan langkah mitigasi permanen (Permanent Mitigation) berupa rekayasa ulang lereng (slope re-engineering) dan memasukkan peta zona rawan ke dalam dokumen RTRW Kabupaten Mojokerto.

“Yang terpenting jangka pendek ini aman dulu agar masyarakat bisa melintas. Alat-alat ini bantuan provinsi, namun pemantauannya kita lakukan bersama Tahura (Taman Hutan Raya). Jika sirine berbunyi atau hujan turun, jalur akan otomatis kami tutup kembali demi keselamatan,” pungkas Khakim.

Reporter: Asrur Rodzi

Editor: Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button