Menyikapi Polemik Film Horor Berbau Religi
CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Belakangan ini netizen menyoroti maraknya film bergenre horor religi dengan mengaitkan identitas agama tertentu. Akibatnya, masyarakat khawatir jika hal ini akan mengakibatkan rasa takut dan paranoid berdasarkan adegan di film itu.
Dalam Idjen Talk bertajuk “Menyikapi Polemik Film Horor Berbau Religi“, Kaprodi Sosiologi FISIP UMM Luluk Dwi Kumalasari menyampaikan film memang ekspresi seni para pembuat film. Tapi sebagai audiens tentu memiliki konsep tersendiri melihat isi film.
“Karena itu butuh kedewasaan dalam menyikapi tontonan, termasuk mendampingi anak. Nilai dalam konteks religius sangat universal dan harus kembali pada kebenaran,” kata Luluk.
Baca juga :
Luluk menegaskan jangan sampai karena ingin mengejar keuntungan, akhirnya memutarbalikkan fakta dan berdampak pada perubahan nilai yang selama ini dipercaya publik. Sehingga, Luluk berpesan agar orang tua bijak mendampingi anak dalam memilih dan menonton film. Karena remaja dan anak-anak masih belum bisa berpikir rasional.
Sementara itu, Penulis dan Sutradara Sudjane Ken menjelaskan bahwa memang genre horor di Indonesia memiliki pangsa audiens paling banyak. Tentu ini jika dibandingkan dengan genre film lainnya. Karena itu, banyak pelaku industri film berbondong-bondong membuat film horor, termasuk yang berbau agama.
“Sebagai pelaku industri film, tentu keuntungan dan bagaimana menarik audiens sebanyak-banyaknya menjadi orientasinya. Karena itu, pembuatan media promosi seperti poster film juga harus semenarik mungkin,” kata Ken.
Sementara, Lembaga Seni Budaya Olahraga Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang Yoni Prawardayana menyampaikan kemunculan film horor sejak tahun 2020 sudah mengarah ke desentralisasi agama. Tapi sebenarnya hal ini sudah mulai terlihat jauh pada tahun 90an. (AN)
Editor : Intan Refa
Simak juga tema Idjen Talk lain :