CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Problem anak jalanan (anjal), gelandangan dan pengemis (gepeng) belakangan ini kembali menyeruak. Dalam Idjen Talk bertajuk “Kucing-kucingan Anjal Gepeng di Malang”, Pekerja Sosial Muda Dinas Sosial Kota Malang Heny Rachmaniar bekerja sama dengan Satpol PP untuk menjaring anjal dan gepeng. Di samping aduan masyarakat.
“Tahun 2023, anjal yang kami rehabilitasi ada 35 orang dengan rentang usia 18-19 tahun. Remaja usia 10-12 tahun. Serta orang tua yang membawa anak di bawah umur,” ungkap Heny.
Mayoritas anjal gepeng yang terjaring bukanlah warga Kota Malang. Melainkan dari Kabupaten Malang, Kota Pasuruan dan warga luar Jawa. Untuk itu, masyarakat dapat memberikan aduan melalui laman lapor.go.id atau melalui nomor 081221900631.
Baca juga :
Sementara itu, Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial FISIP UMM Hutri Agustino menjelaskan fenomena ini bisa teratasi dengan memberikan peran sosial.
“Jumlah sekolah dan perguruan tinggi di Malang Raya cukup mampu menampung anak jalanan, gelandangan dan pengemis. Lalu memberikan peran sosial seperti bersekolah kembali. Dan memberikan keterampilan serta menyediakan lapangan pekerjaan,” kata Hutri.
Selain itu perlu peran pencegahan dengan memberikan pola pengasuhan keluarga yang baik. Agar tidak ada regenerasi anak jalanan, gelandangan dan pengemis. Di sisi lain, Kabid Ketentraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kota Malang Rahmat Hidayat menyebut mayoritas mereka menjadikan mengemis itu sebagai pekerjaan tetap, karena merasa sudah nyaman.
Rata-rata penghasilan mereka dapat perhari berkisar Rp 200-300 ribu dan hal itulah yang membuat mereka menekuni kegiatan ini. Tidak hanya itu, mereka ternyata memiliki markas yang berpindah-pindah serta saling mengenal satu sama lain untuk koordinasi titik mangkal.
Sejah ini kategori anjal gepeng yang selalu ditertibkan oleh Satpol PP yaitu manusia silver, pengamen, anak punk, pengemis ibu-anak, disabilitas dan anak-anak di bawah umur yang berjualan. (YOLANDA OKTAVIANI)
Editor : Intan Refa
Simak juga tema Idjen Talk lain :
