KesehatanNews

Jangan Berlebihan, Ini Batas Konsumsi Mie Instan dalam Sebulan

ilustrasi mie instan (freepik.com/KamranAydinov)
ilustrasi mie instan (freepik.com/KamranAydinov)

CITY GUIDE FM – Mie instan memang merupakan makanan yang praktis dan lezat, sehingga hampir semua orang menyukainya. Selain itu, makanan ini memiliki harga yang ekonomis sehingga sering disebut sebagai penyelamat anak kos di akhir bulan. Tapi pernahkah kalian berpikir berapa batas maksimal dalam konsumsi mie instan?

Para ahli menyebut batas maksimal konsumsi makanan ini adalah 4 kali dalam sebulan atau sekali dalam seminggu. Selain itu, mereka juga menyarankan penambahan protein seperti daging, olahan daging atau telur dan mengganti bumbu mie instan dengan kuah kaldu ayam.

Bisa juga dengan memilih mie yang rendah karbohidrat, seperti mie dari sayuran. Selain itu, anda bisa menyelingi dengan makan buah dan sayur untuk mengganti gizi yang kurang.

Baca juga :

Melansir dari berbagai sumber, kandungan natrium dan kalori yang tinggi pada makanan ini dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti kanker, stroke, darah tinggi, sampai penyakit jantung. Kandungan MSG yang tinggi juga dapat menyebabkan kelelahan, darah tinggi, ketegangan otot, mual, dan sakit kepala.

Selain itu bahan kimia Tertiary Butyl Hydroquinone (TBHQ), yaitu bahan kimia untuk mengawetkan mi, juga dapat sebabkan berbagai penyakit. Antara lain pembengkakan hati, kerusakan syaraf, serta limfoma (kanker kelenjar getah bening).

Tak hanya itu, konsumsi mie instan secara berlebih dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Hal ini karena kandungan karbohidrat dan kolesterol lebih tinggi daripada kandungan proteinnya. Konsumsi yang berlebih juga menyebabkan kekurangan gizi atau vitamin yang sangat penting bagi tubuh.

Pada wanita, makanan ini dapat berpengaruh pada cara hormon mengirimkan sinyal ke tubuh, terutama estrogen. Tak hanya itu, pada wanita makanan ini juga berpengaruh kepada metabolisme akibat kurangnya gizi dalam tubuh. Selain itu, efek kesehatan ini lebih terlihat pada wanita mungkin karena mereka lebih sensitif terhadap diet karbohidrat, natrium, dan lemak jenuh pasca-menopause.

Penulis : Alifia Nur Syafida (magang)

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio


x