Empower Academy, Rangkul Difabel Optimalkan Bisnis Mereka

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Sejalan dengan Hari Disabilitas Internasional, Bentoel Group memiliki misi dalam program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) berupa inkubasi dan pendampingan bisnis bagi para penyandang disabilitas.
Program pendampingan ini namanya Empower Academy Batch 2 yang menyaring para difabel potensial agar lebih berdaya dalam berkarya. Head of Corporate and Regulatory Affair Bentoel Group Dian Widyanarti mengungkapkan sambutan dari penerima manfaat program ini sangat luar biasa.
“Kami akan terus melanjutkan karena ini baru batch kedua. Kayaknya ngga lucu kalau baru 2 tahun berhenti sementara sambutannya luar biasa dari penerima manfaat. Kami juga diajak berkolaborasi dengan instansi pemerintah. Artinya, kami tidak berjalan sendiri,” kata Dian.
Para peserta Empower Academy ini mempelajari beberapa hal untuk memaksimalkan bisnis yang mereka geluti. Mulai dari penghitungan harga produk, memasarkan produk, membranding dan memperbaiki kemasan.
“Saya pahami bahwa pengusaha mikro ini kurang cermat berhitung. Sehingga kadang keuntungan itu tidak bisa maksimal. Jadi lebih ke pengembangan kapasitasnya. Niatnya sudah ada, kemampuan sudah ada, kita kembangkan capacity buildingnya,” lanjutnya.

Pendampingan yang berjalan selama 6 bulan dengan jumlah peserta sebanyak 25 orang ternyata cukup terasa manfaatnya bagi kawan difabel. Peserta batch kedua ini merupakan peserta dari batch pertama yang merupakan tahap hypercare atau pendampingan intensif.
Sebagai bentuk apreasiasi atas kerja keras mereka, pihaknya mempersembahkan Limitless Fest 2025: Karya Tanpa Batas di Malang Creative Center (MCC) pada Kamis (11/12/2025). Sekaligus, meresmikan Inclusivity Corner untuk memamerkan dan menjual hasil karya kawan difabel.
“Acara ini sebenarnya momen untuk apresiasi terhadap apa yang sudah diperjuangkan oleh teman-teman difabel ini. Supaya ruang yang lebih luas diberikan oleh pemerintah dan masyarakat. Mereka dengan kesulitan dan keterbatasannya mau konsisten untuk maju. Kami ini hanya enabler aja. Jadi kontribusi terbesar dari teman-teman difabel,” lanjutnya.
Salah satu peserta difabel yang sangat merasakan dampak Empower Academy ini adalah Sri Mulyati. Ia jauh-jauh dari Sumberpucung, Kabupaten Malang bertekad ingin memperbaiki usaha menjahitnya. Selama hampir 7 tahun lamanya, usaha menjahitnya relatif stagnan dan ia bingung bagaimana mempertahankan usaha satu-satunya ini.
“Karena saya kan di kampung. Pas setelah ini saya belajar banyak hal, seperti mengenal Google Bussiness,” katanya.
Setelah 8 bulan mengikuti Empower Academy Batch 1, ia kemudian lanjut pada batch kedua di tahun ini. Sri pun mencoba memberi added value pada jasa jahitnya, yakni bisa antar jemput. Alhasil, pelanggannya pun meluas hingga Kepanjen. Ia bahkan menerima bantuan mesin jahit dan sarana pendukungnya untuk memperlancar usahanya.
Editor: Intan Refa




