KesehatanNews

Dosen UMM Ciptakan Pengobatan Alternatif Diabetes

Dr Roro Eko Susetyarini (kerudung coklat) mendampingi mahasiswa dalam penelitian ekstrak kembang bulan (foto : Humas UMM)
Dr Roro Eko Susetyarini (kerudung coklat) mendampingi mahasiswa dalam penelitian ekstrak kembang bulan (foto : Humas UMM)

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Jumlah penderita penyakit DM di Kota Malang masih tergolong tinggi. Tahun 2023 hingga bulan September, tercatat ada 17.950 kasus, di mana penderita terbanyak adalah perempuan yaitu 11.807 kasus. Untuk itu, Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Roro Eko Susetyarini mengeksplorasi potensi ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia) sebagai alternatif pengobatan diabetes mellitus (DM).

Dia menggali potensi tanaman ini karena tingginya biaya pengobatan gula darah dan potensi efek samping dari pengobatan konvensional. Apa lagi muncul tren masyarakat yang semakin tertarik pada pengobatan alami dan gaya hidup ‘back to nature’. Permintaan terhadap tanaman obat pun meroket, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.

“Penelitian ini juga bertujuan untuk membuktikan efektivitas ekstrak daun tanaman kembang bulan, yang dapat menurunkan kadar glukosa darah berdasarkan uji coba pada tikus Wistar (Rattus norvegicus). Sejauh ini tanaman kembang bulan umumnya untuk mengatasi sakit perut, kembung, diare, dan anti inflamasi atau anti radang,” jelas Roro.

Baca juga :

Dan benar saja, hasil penelitian mengindikasikan bahwa daun kembang bulan memiliki peran signifikan sebagai anti-diabetes. Pemberian dosis ekstrak daun kembang bulan sebesar 5,14 ml/200g BB menunjukkan pengaruh paling efektif, dengan penurunan kadar glukosa darah rata-rata mencapai 136,80 mg/desiliter.

Namun kata Roro penelitian pengobatan alternatif diabetes ini masih harus ada lanjutannya. Khususnya yang mencangkup soal keamanan ekstrak tanaman ini terhadap fungsi hati dan ginjal.

“Tanaman obat di Indonesia saat ini masih terbatas pada peran sebagai jamu. Ironisnya, tanaman obat itu belum sepenuhnya Obat Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka, yang merupakan obat berbahan alami yang telah terbukti keamanan serta khasiatnya. Padahal, jika berhasil mengembangkan potensi tanaman obat, maka nilai jualnya akan melonjak tinggi,” pungkasnya.

Reporter : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x