Cagub Risma Respon Keluhan Soal Banjir dan Macet di Malang
CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Pada Jumat (1/11/2024), Calon Gubernur Jawa Timur Tri Rismaharini atau Cagub Risma menyempatkan diri berkunjung ke studio Radio City Guide FM. Ternyata, kehadiran mantan Menteri Sosial ini mendapat sambutan yang luar biasa dari para pendengar.
Salah satunya adalah Penta yang mengapresiasi kerja keras Risma selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Menurutnya, ada dua masalah di Kota Malang yang harus segera ditangani yaitu banjir dan macet.
“Semoga nanti jika Bu Risma memimpin Jawa Timur membuat terobosan MERR di Malang. Saya yakin prestasi Bu Risma membuat jalan alternatif di Surabaya Timur itu, bisa diduplikasi di Malang. Karena kalau tol itu hanya sampai Kedungkandang, sedangkan macetnya sampai Kepanjen,” ungkap Penta.
Dia juga mengeluhkan soal banjir yang kerap jadi langganan di Kota Malang, padahal masuk dataran tinggi. Lalu pendengar lain, Alif juga mengeluhkan hal yang sama. Di mana Kota Malang kerap terjadi macet di beberapa titik karena ruas jalannya yang relatif sempit.
“Apakah akan diperbanyak jalan satu arah atau bagaimana Bu Risma?,” tanya Alif.
Baca juga :
Menanggapi hal itu, Cagub Risma membenarkan bahwa ketika menjabat Wali Kota Surabaya, dia membuat Median Eastern Ring Road (MERR) yaitu jalan baru di Surabaya Timur. MERR ini bertujuan untuk memecah arus di jalur tengah Surabaya.
“Saat saya membuat jalan MERR itu, kampung yang kita pindah. Ada dua area kampung yang kita bebaskan,” jelas Risma.
Terlepas dari itu, Risma mengatakan perlu melihat tata ruang kota terlebih dahulu sebelum membuat kebijakan. Perencanaan kotanya seperti apa agar bisa membagi jaringan transportasi agar beban jalan di Malang tidak terlalu berat. Selain itu, manajemen jalan juga penting khususnya soal pengelolaan parkir dan PKL.
“Lalu, kalau rencana tolnya sampai ke Kepanjen, mungkin akan selesai. Tapi itu permasalahan yang ke selatan. Sedangkan permasalahan ke barat seperti ke Batu itu yang harus kita selesaikan,” tegasnya.
Sedangkan soal banjir, Risma berpendapat mungkin akibat daya tampung sungainya sudah tidak terpenuhi. Ini lebih sulit lagi karena daerah ketinggian itu kontur tanahnya naik turun.
“Itu yang perlu ada perhatian untuk manajemen air. Beberapa waktu lalu saya sempat melihat sungai yang mungkin sudah waktunya pengerukan karena sangat dangkal. Meskipun saya juga agak kesulitan, ini alat berat nanti lewat mana karena semua sudah tertutup rumah,” lanjutnya.
Meski begitu, Risma meyakini secara teknis problem ini akan dapat terselesaikan. Sebab, Kota Surabaya dulu hampir 50 persen wilayahnya kerap terkena banjir. Memang semuanya butuh waktu dan biaya untuk menyelesaikannya.
Editor : Intan Refa