NewsPemerintahan

BNPB Sebut Pola Erupsi Gunung Semeru Menguntungkan

Kondisi desa terdampak erupsi Gunung Semeru. (Foto: tangkapan layar video kiriman relawan)
Kondisi desa terdampak erupsi Gunung Semeru. (Foto: tangkapan layar video kiriman relawan)

CITY GUIDE FM, LUMAJANG – Plt Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Kapusdalops) BNPB Kolonel Inf Hery Setiono melihat pola erupsi Gunung Semeru yang berulang di akhir tahun bisa jadi keuntungan tersendiri untuk masyarakat. Kata Hery, pola letusan gunung berapi yang rutin di penghujung tahun membuatnya tidak menyimpan potensi letusan yang lebih besar.

“Ini justru lebih ada keuntungan. Artinya dia tidak akan seperti contoh di Lewotobi itu kan karena sudah lama enggak meletus, begitu meletus itu akan menjadi lebih besar dampaknya,” jelasnya.

Ia menambahkan pola letusan di Gunung Semeru mirip dengan Gunung Merapi di Jawa Tengah.

“Ini yang menjadi keuntungan buat kita untuk khususnya Semeru dan Merapi, karena sudah ada diawali dengan erupsi-erupsi. Jadi artinya di kubahnya itu sudah terbuka,” lanjutnya.

Artinya, gunung berapi yang mengalami erupsi kecil secara berkala cenderung lebih aman dalam jangka panjang. Karena kubah lava tidak tertutup rapat, sehingga tekanan gas dan material dapat terlepas secara bertahap. Menurutnya, pola ini jauh lebih baik dibanding gunung yang lama tidak meletus.

Akan tetapi, memang harus ada upaya pasca erupsi berupa normalisasi sungai berdasarkan pengamatan sedimen sungai yang mulai tertutup material gunung berapi.

“Kemarin sudah ditijau dari PU. Kemungkinan nanti setelah sudah reda akan dilakukan semacam normalisasi sungai. Supaya nanti tidak terjadi luberan lagi ke sekitarnya yang lebih besar,” kata Hery.

Sebelumnya pada 19 November 2025 kemarin, Gunung Semeru mengeluarkan erupsi setinggi 2 kilometer di atas puncak dan luncuran awan panas mencapai 13 kilometer. Berdasarkan pantauan dari Relawan Emergency Respons Eruption Semeru Muhammad Nizar Aditya per 23 November 2025 terhitung dua kali aktivitas Awan Panas Guguran (APG) sepanjang 2 km ke arah utara.

“Letupan terdengar sampai Zona 1 Pos Supiturang,” kata Adit.

Kendati masih terdapat letusan susulan, warga setempat masih berusaha kembali ke rumahnya. Karena itu, pihaknya saat ini masih meninjau ulang jumlah warga karena ada yang kembali dan ada juga yang baru dievakuasi.

Adit mengatakan bantuan sudah berdatangan baik dari komunitas maupun masyarakat umum, sehingga persediaan relatif aman.

Secara historis, Semeru memasuki fase erupsi hampir terus-menerus sejak 1967 hingga sekarang. Aktivitasnya didominasi oleh erupsi strombolian dan vulkanian ringan, yang ditandai dengan lontaran material pijar, gempa vulkanik, dan keluarnya abu dari Kawah Jonggring Saloko.

Namun pada beberapa periode, seperti letusan besar tahun 2002, 2021, dan 2023, Semeru sempat mengalami peningkatan signifikan akibat akumulasi material di puncak dan curah hujan tinggi yang memicu awan panas guguran.

Reporter: Asrur Rodzi

Editor: Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button