Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 78: Peringatan Cinta Agustusan Bukan Lagi Kehancuran

Blues Spirit Sesi 78: Peringatan Cinta Agustusan Bukan Lagi Kehancuran

Agustus segera berlalu. Perayaannya tinggal sisa-sisanya.

Tapi peringatannya tentu membekas. Peringatan yang kita namai Hari Kemerdekaan itu.

Merdeka dari apa?! Jawablah sendiri.

Di sisa bulan ini, saya ajak sampean semua berkontemplasi. Dan menghitung, akan bagaimana nanti.

Kalau kita tutup satu fase atau satu trap langkah awal pemerintahan, 10 bulan oleh pemerintahan pusat dan 6 bulan pemerintahan daerah, apa yang kita rasakan?!

Rasa itu, apapun itu, itulah keadaan sesak longgarnya dada kita dalam tatanan pergaulan satu bangsa. Kumpulan keadaan dari dalam rumag, RT, RW, desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten kota, provinsi dan pusat.

Inilah buah perjalanan selama 80 tahun.

Kabar dari Kabupaten Pati adalah sinyal marah rakyat, bahwa gerakan masif bisa terjadi. People Power.

Bahwa pajak menjadi andalan untuk belanja negara maupun bayar utang, ya……..kami bisa mengerti.

Tapi tahu diri, tolong dipahami.

Jangan biarkan arogansi dan bermewah-mewah sendiri, terjadi.

Tidak etis!!!

Jangan pura-pura tidak mengerti tentang keadaan ekonomi saat ini. Tapi tidak lupa kami bersyukur, di Malang Raya terasa ada empati.

Wali kota dan bupatinya, tidak ikut melakukan pengenaan pajak yang brutal.

Bahkan kepala daerahnya seperti bersaksi, inilah bukti keberpihakannya untuk rakyat sebagai realisasi dari janji-janji.

Dari Jakarta, Presiden Prabowo sendiri ngabari 3,1 juta hektar kebun sawit bisa dikuasai kembali dari tangan liar oligarki. Nanti potensinya 5 juta hektar bisa dikuasai lagi.

Lalu 1.063 tambang ilegal ditertibkan. Dana yang bisa diselamatkan dari penambangan tanpa izin itu, 300 triliun rupiah.

Lha, selama ini siapa yang menikmati?!

Lalu lihat ini, Wamen Ketenagakerjaan Emanuel Ebenezer dicucuk KPK, diduga memeras. Dia menambah daftar deretan pejabat korupsi.

Ini, tentu kabar baik. Melonggarkan dada. Bikinlah terus pembersihan korupsi, siapapun dia.

Rasa keadilan masyarakat terasa dibela, ditegakkan. Dada rakyat bisa mulai longgar, setelah sangat lelah sering diakali. Bahkan lewat jalur konstitusi.

Lamat-lamat lagu Tabola bale dari Silet Open Up yang dimainkan pada puncak peringatan 17-an di Istana Negara, terngiang. Berkisah tentang seorang kakak dari Flores, jatuh cinta.

Tampak Mbak Titik Suharto berbalut baju tradisional merah, sangat cantik berbinar. Di podium kehormatan, Presiden Prabowo tersenyum, bergoyang.

Semoga cinta mereka untuk Indonesia, menjadikan rakyat sejahtera.

Berbeda dengan lagu pada peringatan yang sama sebelumnya, Rungkad. Meskipun dinyanyikan Putri Ariani, tapi pilihan Rungkad artinya adalah bubrah, hancur.

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button