Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 61 : Merdeka 79 Tahun

Blues Spirit Sesi 61 : Merdeka 79 Tahun

Ini ada kata yang selalu mewarnai hari-hari kita setiap bulan Agustus, ialah Merdeka!.

Kata ini lantas kita rangkai menjadi tema untuk semangat bergerak untuk memaknai peringatan ulang tahunnya. Maka, di kampung-kampung, di regol-regol, di gapura-gapura, di jalan-jalan, di kantor-kantor, di mana saja, kata-kata ini hadir dalam aneka medium.

Disertai pernak-pernik apa saja. Fokusnya, merdeka dan merah putih. Dipasang dalam bentuk bendera-bendera, penjor-penjor dan aksesoris-aksesoris lainnya.

Lalu kegiatannya ada pawai, bazar dan lomba-lomba segala umur. Yang anak-anak ikut lomba deklamasi, kelak dia jadi penyair. Ikut lomba olahraga, kelak jadi olahragawan, jadi atlet. Tentu ada juga lomba makan kerupuk yang digantung itu dan kreatifitas lain yang lucu-lucu.

Pendeknya apa saja, yang serius maupun yang lucu-lucu. Itu nanti jadi legitimasi bagi pemenangnya yaitu pernah menang pada acara lomba Agustusan di kampung.

Maka panitia yang bijak, semua dimenangkan. Jenis dan klasifikasinya saja dicarikan. Pokoknya semua memang dan dapat hadiah, hadiah dari hasil tukar antar warga.

Kalau perlu kasih piala yang besar dan piagam. Riang gembira kita ekspresikan peringatan Hari Kemerdekaan ini. Ada pun inti pesan atau substansi peringatan, biasanya terungkap pada malam tirakatan.

Di sana sanak keluarga dan tetangga kumpul, lesehan dengan aneka makanan plus polo pendem. Yang tua diminta berkisah tentang pengalamannya atau pengalaman siapa saja dalam memerdekakan negeri ini.

Terkisahkan, betapa kejamnya penjajah dan betapa heroiknya orang-orang tua kita membebaskan diri dari cengkeraman hidup yang pahit. Ada yang digugah dari keseluruhan rangkaian peringatan itu ialah kesadaran kolektif, pemaknaan kolektif, perasaan kolektif, umum, dengan etika dan moral budaya yang kita miliki.

Tapi rasa tercengkeram dalam hidup yang pahit di balik kekayaan sumber daya yang melimpah ruah ini, kok masih begitu terasa kuat?

Benarkah kita telah merdeka? Benarkah? Kalau benar, kenapa kita banyak ditentukan, bukan menentukan?

Bukankah merdeka itu berarti menentukan, bukan ditentukan karena punya kedaulatan. Kenapa dada kita kok masih sering sesak, ditekan pajak, ditekan harga-harga, ditekan kemiskinan, ditekan ketidakpastian?

Kenapa? Kita memang bertanya. Apa bedanya penjajah asing dengan penjajah oleh bangsa sendiri?

Kok perasaan kita tercengkeram dan hidup kita sering terasa pahit. Kita banyak disodori persoalan, kebohongan, bukan kepastian dan bukti-bukti yang menenteramkan.

Benarkah kita telah merdeka?

Imawan Mashuri

Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x