Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 58 : Pasca Mudik

Blues Spirit Sesi 58 : Pasca Mudik

Selalu ada yang dipersalahkan pasca mudik lebaran yaitu urbanisasi. Ikutnya sejumlah orang daerah
ke pusat, ke kota besar pada arus balik. Mengumpul di kota, untuk mengais rezeki di sana.

Sebagian adalah anak-anak muda terbaik di daerah, yang cakap. Setidaknya yang produktif. Kita semua tahu, urbanisasi adalah fenomena global. Seperti itu pula perilaku di banyak negara. Tapi negara-negara maju telah menahan dengan melahirkan peluang dan usaha baru di daerah.

Maka, urbanisasinya berubah menjadi pergeseran atau perputaran. Dan di situ ekosistem ekonomi bergerak merata.

Kita, melakukan apa?!

Pada lebaran 2024 ini, orang yang bergerak mudik dan libur lebaran, 163 juta. Naik 40 juta orang dibanding tahun 2023.

Dan lihat uang yang beredar, yang ditarik dari bank, berjumlah 380 triliun rupiah. Naik sekitar 100 triliun dibanding tahun 2023.

Tahukah kita, ke mana spending uang itu? Dibelanjakan untuk apa saja? Tentu, antara lain sembako.
Nah, pasokan sembako kita, sebagian dari impor.

Impor sembako kita naik cukup tinggi. Artinya, duitnya pergi ke luar negeri.

Lalu BBM. Untuk pergerakan 163 juta orang itu. BBM juga impor. Dan seterusnya……

Begitulah sequel perputaran itu. Lalu spending lokal yaitu belanja orang-orang mudik atau berlibur di kampung halaman. Sebut saja di Malang. Malang Raya.

Kalau benar di Malang Raya naik sampai 60 persen dan kota Batu berkontribusi sebesar 80 persen, bagaimana mengelola kenaikan itu?!

Jangan lupa, arus uang berada di kelas bawah. Karena bansos mengucur ke bawah. Kelas menengah yang berpotensi meningkatkan ekonomi, karena usahanya punya karyawan, tidak mendapat stimulus apapun.

Dengan begitu, kita bayangkan, uang itu bisa jadi sekadar untuk konsumsi. Dan secara tidak langsung, kita mendidik konsumtif.

Dengan potret seperti itu, yang kita rindukan sekarang, sebagai warga Malang Raya adalah bersatunya kepala daerah Malang Raya, berintegrasi mengatur potensi saling dukung untuk menangkap semua peluang, supaya tidak terjadi urbanisasi.

Dan ada tonggak peningkatan ekonomi tiap momen besar. Meningkatkan ekonomi kawasan. Berdayakan anak-anak muda yang hebat.

Diberi kesempatan mengolah tanah saja, untuk pertanian, akan luar biasa. Untuk kedelai misalnya. Tempe yang kita buat dan konsumsi, yang katanya asli Malang itu bahan baku utamanya, kedelai impor.

Indonesia impor pertahun sekitar 2,5 juta ton. Karena hasil dalam negeri kita hanya 355 ribu ton. Impornya termasuk dari Malaysia.

Bayangkan, nanti kalau tempe Malang itu, diklaim bahwa aslinya dari Malaysia??? Padahal, tanah negara yang tidur, ditambah tanah-tanah milik konglomerat yang hanya dipegang sebagai aset, sebagian sekadar untuk jaminan utang bank, cukup banyak.

Coba anak muda jadikan petani. Kasih baju bagai petani modern yang mbois ilakes dengan pendidikan dan insentif yang baik, pasti mau dan tidak perlu urban ke kota besar.

Sekarang, kita rindu, integrasi Malang Raya menjadi kekuatan yang terprogram. Kita rindu kesadaran usaha, yang maju, seperti usaha korporasi.

Malang Raya integrated
Malang Raya incorporated

Ojok ribut politik thok ae….

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio


x