Blues Spirit Sesi 56 : Tonggak Spiritual
Ramadan sudah berjalan lebih dari separuh bulan. Banyak giat kita yang hanya duniawi, porsinya sudah kita kurangi. Bahkan sebagian ada yang libur, sebulan penuh.
Kita cooling down. Bicara politik, menjadi seperlunya saja. Sebagian kita bahkan menghindar,
termasuk Blues Spirit.
Tiarap sejak “Perang Image” pada kampanye pemilu lalu. Karena kita semua paham, di sana ada pengaturnya. Ada konstruksinya. Ada permainannya. Ada kecurangannya, sekaligus juga ada perjuangan mereka yang idealis dan jujur.
Simak juga :
Lalu, akhirnya kita dapat pemimpin. Amanah ataukah dzalim, itulah takdir. Agar kita introspeksi terhadap perjalanan panjang kita.
Ada sebab akibat. Ada juga ujian-Nya, untuk menakar, kita ini umat yang bersyukur ataukah yang kufur.
Kita diingatkan. Kita pun juga harus menggugah diri kita dengan pertanyaan, sudahkah kita temukan kebaikan baru yang lebih bermakna, untuk kemaslahatan hidup kita?
Kebaikan yang kita temukan dari pengalaman dan akibat-akibat perbuatan. Tafakur pada Ramadan ini. Adakah capaian spiritual yang bisa jadi tonggak? Tonggak spiritual untuk hidup lebih baik dibanding waktu-waku sebelumnya.
Tonggak spiritual itu kira-kira begini, misalnya yang saya alami sendiri ya…
Ketika saya masuk usia kepala enam beberapa waktu lalu, saya galau. Galau berat. Jauh lebih galau dari galau-galau biasanya. Berhari-hari.
Galau akibat pertanyaan kepada diri saya sendiri, yaitu untuk apa sesungguhnya saya hidup sampai usia segini? Untuk apa selanjutnya? Untuk apa hidup itu sendiri? Apakah sekadar melaksanakan rutinitas saja?
Saya punya banyak buku termasuk beberapa buku filsafat, yang telah saya baca. Saya juga punya banyak guru yang telah mengajari tentang apa saja.
Tapi galau saya tidak tertepis. Akhirnya saya mengaji, baca al Quran. Di sana biasanya saya dapat ketenteraman. Ini juga pesan orang tua saya, bahwa tombo ati itu, satu di antaranya baca al Quran dengan menghayati maknanya.
Maka saya buka Al Qur’an, sekenanya, sambil memohon diberi jawaban atas galau saya itu.
Dan…… Masya Allah, saya dapat selarik ayat pada lembar surat Az-Zariyat, ayat 56
“….Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’ budun”
Tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.
Sebenarnya surat dan ayat ini juga sering saya baca. Bahkan saya hafal ayat itu. Tapi hari itu, nilainya beda. Menghujam. Tentulah akhirnya saya dalami. Alhamdulillah, memberi penguatan baru.
Kata kuncinya, hidup adalah untuk ibadah. Nah, ibadah itu bukan hanya di tempat peribadatan. Hidup dalam keseharian kita masing-masing, dalam kegiatan apapun saja, asalkan dilandasi niat ibadah, maka dia sudah merupakan ibadah.
Dengan niat ibadah, kita jadi terhindar atau malu menjalani hal-hal buruk. Efek sosialnya, menjadi otomatis berbagi. Walaupun itu sekadar senyum. Semakin hari saya jalani sikap ini, saya merasa mendapat nikmat.
Kalau ada respon yang sama, nikmat sekali. Alhamdulillah.
Begitulah. Maka sikap itu saya jadikan tonggak. Tonggak spiritual saya. Lalu saya jaga jangan merosot. Kita semua tentu punya kisah dan pengalaman masing-masing.
Tonggaklah supaya kuat menopang sikap hidup kita. Supaya tidak roboh. Dan jangan biarkan kelas spiritual kita terus berada di bawah. Tonggaklah. Tonggak spiritual.
Imawan Mashuri
Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.