Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 36 : Sumbu Pendek Kejiwaan

Blues Spirit Sesi 36

Pada sesi 36 ini, mari kita lihat sejenak suatu peristiwa kejiwaan yang begitu miris, terjadi di wilayah Malang Raya dalam beberapa pekan terakhir ini.

Kita mulai dari serentetan bunuh diri. Ada lelaki 18 tahun bernama TJS, dari Ngajum, Malang Selatan, menyudahi hidupnya dengan lompat di Jembatan Soehat. Dia tewas di sana pada kali kedua, karena percobaan pertamanya gagal.

Lalu HM, 33 tahun, di Blimbing, gantung diri karena stres diteror masalah pinjaman online. Sebenarnya bukan dia yang hutang. Hanya identitasnya dipakai oleh temannya untuk hutang pinjol itu.

Selanjutnya, gadis belia 14 tahun, namanya NAM dia mencoba menyudahi hidupnya di Jembatan Jalan Majapahit. Karena merasa gagal akibat tidak cocok dengan calon majikan yang akan mempekerjakannya di Kalimantan. Berhasil diselamatkan.

Ada pula SS, gadis kost di Lowokwaru. Dia memberitahu adiknya, mau bunuh diri. Ini juga berhasil diselamatkan. Ada juga yang dibunuh, cukup menggemparkan.

Dialah Apris Fajar Santoso, 29 tahun. Suami muda warga Clumprit, Kecamatan Pagelaran, Malang Selatan ini, Sabtu lalu melayani pemesan taksi online-nya, untuk diantar ke Balekambang. Terus kemudian hilang kontak dia dari pantauan istrinya.

Empat hari kemudian, ditemukan tewas. Jenazahnya ditemukan di Tebing Piket Nol, Lumajang, KM 57. Mobilnya, Calya silver, hilang. Terduga pelakunya sekarang sudah diperiksa di kepolisian. Masih diungkap motifnya.

Lalu ada perkelahian kelompok antara warga dengan oknum mahasiswa di Merjosari. Itulah secuplik rangkaian peristiwa yang bisa kita golongkan sebagai peristiwa kejiwaan yang impulsif. Dan juga pidana.

Ada perilaku sumbu pendek di situ. Ketika ada persoalan, sumbunya nyala, langsung meledak. Ngawur. Impulsif. Tidak berpikir lebih jauh. Diterobos saja segala tatanan. Sosial maupun keagamaan. Tidak peduli resiko.

Resiko akhir yang selalu jauh lebih buruk dari kegagalan yang paling gagal sekalipun. Hal itu, menurut saya adalah perilaku sumbu pendek kejiwaan. Dalam tatanan sosial tindakan seperti itu tidak berdiri sendiri. Ada sebab musababnya.

Ada sesuatu, yang mengantar terjadinya sumbu pendek itu. Konslet itu. Di dalam tatanan sosial, kita ada di dalamnya. Tapi yang di depan adalah pemerintah. Karena pemerintahlah yang bertugas memberikan ketentraman warganya. Kenyamanan hidupnya. Hak merdeka jiwanya. Moral dan martabat bangsanya.

Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”

Tapi lihatlah, beban hidup sekarang, tidaklah ringan. Tekanan ekonomi pasca pandemi dan dominasi global, demikian menekan. Mengatasinya, banyak yang dengan jalan pintas.

Itu juga lantaran diajarkan atau diajari oleh oknum-oknum pejabat. Korupsi!! Merampok hak rakyat ratusan triliun. Uang korupsi itu, kata Menko Polhukam Mahfud MD, kalau dikelola dengan sumber daya alam kita, maka negara bisa menggaji Rp 20 juta per bulan untuk tiap warganya. Tanpa harus bekerja.

Tapi apa?! Apa?! Sibuk politik, sibuk kedudukan, sibuk kekuasaan, sibuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Tidak malu!!!

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button