Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 22 : Jangan Terjebak, Oligarki Bisa Mengancam

Blues Spirit Sesi 22

Pekan ini, tepatnya 9 Februari kemarin, di Medan, dilangsungkan upacara puncak Hari Pers Nasional (HPN). Tiap tahun, pada acara seperti itu, presiden selalu hadir. Setidaknya sejak zaman SBY. Penyelenggaranya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Yang di Medan kemarin, Presiden Jokowi hadir, berpidato dan mengatakan bahwa pers Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Terutama soal tanggungjawab.

Pers yang dimaksud itu, sekarang ini, mencakup seluruh media informasi yang bisa tampil dalam bentuk digital. Nah, itu artinya semua media. Yaitu media mainstream ialah media arus utama atau media resmi, berizin, bekerja dibawah UU dan kode etik dan punya divisi redaksi.

Lalu, kedua, media sosial yaitu media interaktif online berbasis internet. Seperti, Facebook, Twitter, Youtube, IG dan seterusnya. Tanpa redaksi. Alias langsung oleh pengguna. Bebas interaktif. Tanpa seleksi.

Bebas, sebebas-bebasnya. Berproduksi tiap detik. Membanjiri ruang-ruang publik. Menyebarkan dan atau menyerap 60 persen hoax, itu hasil resmi survey KIC (katadata insight center) bekerjasama dengan Kominfo dan Cyber Crime beberapa waktu lalu.

Topik atau konten dalam banjiran informasi itu, sering juga menyeret media mainstream untuk terlibat. Maka, produksi seluruh media itu digeneralisir dan kini menjadi isu.

Tanggungjawabnya mana. Mengapa tanggungjawab itu sekarang perlu digugat?! Terutama moral? Karena kebebasan bermedia, terutama medsos, banyak yang dibuat dengan sepenuh nafsu.

Di dalamnya bisa liar. Ada tuduhan, fitnah, menjatuhkan dan umbaran-umbaran sejenis. Efeknya adalah merusak mindset, mental budaya. Membentuk atau setidaknya menggeser karakter budaya.

Yang santun bisa beringas, yang lembut jadi pemarah, yang cinta jadi benci, yang rendah hati jadi sombong, yang suka belajar jadi sok tahu….dan seterusnya.

Celakanya lagi, kita lupa bahwa di sana, dibalik digital ada mesin yang bekerja, dengan urutan rumus memproses semua informasi dan tentu saja juga data, in and out. Untuk menjadi sesuatu apapun.

Itulah algoritma. Dalam soal ini, Presiden mengungkap “algoritma raksasa digital, cenderung mementingkan sisi komersial dan hanya akan mendorong konten-konten recehan yang sensasional.”

Maka, oleh sebab itu, saatnya kita sekarang bermedia secara bijak, terutama media sosial. Karena, redaksinya adalah masing-masing individu kita itu. Lakukan cek and re-cek sebelum share.

Pada tingkatan lokal, konten medsos yang meleset atau dipelesetkan dari kebenaran, tapi masif, sangat mungkin mempengaruhi berbagai keputusan. Yang akibatnya sangat prinsip.

Dan pulangnya, putusan itu tetap merugikan kita sebagai rakyat. Maka, jangan terjebak dan menjebakkan diri. Anda bisa dimainkan oleh oligarki.

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x