Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 17 : Malang Raya Integrated, Malang Raya Incorporated

Blues Spirit Sesi 17

Baru saja kita melewati pergantian tahun, sepekan sudah kita jalani. Tamu-tamu kita yang melewatkan pergantian tahun, atau sekadar mampir di tahun baru, sudah pulang dari Malang Raya.

Yang tersisa adalah pertanyaan, sudahkah kita punya flow? Flow baku menjamu tamu, sehingga secara efektif dan spesifik mereka bisa menikmati dan terkesan di masing-masing wilayah. Di Kabupaten Malang misalnya, kenangan apa yang sudah kita lesakkan, yang benar-benar kuat tertanam.

Ikonik di Kota Malang apa? Di Kota Batu apa? Flow yang saya maksud tadi adalah keadaan kesadaran yang membuat seseorang atau kelompok tenggelam dalam suatu aktivitas. Serta menikmatinya dengan begitu intens dan mengesankan.

Simak juga :

Kalau sudah bisa seperti itu, maka itulah sesungguhnya hakikat sukses menggarap daerah. Sebenarnya, kita sudah punya modal untuk itu, yaitu Malang Raya. Suatu penyatuan wilayah model akselerasi, model kota raya.

Kita tahu, penyatuan itu adalah integrasi, integrated. Apalagi, lalu manajemennya digarap secara corporate, corporated. Jadi, Malang Raya integrated, Malang Raya incorporated. Yang intinya, di situ berbagi peran, menguatkan karakteristik masing-masing, saling menopang.

Tapi sebegitu jauh, sudahkah ada teks yang menerjemahkan maksud adanya Malang Raya itu apa? Bagaimana? Dan cita-citanya seperti apa? Apakah khalayak sudah benar-benar mengerti? Pernahkah kita mengevaluasi dan lalu mengoptimalkan menjadi sebesar-besarnya manfaat? Rasanya belum.

Contohnya begini, pernah dulu ketika Wali Kota Batu masih dipegang oleh Mas Edi Rumpoko, dia menginginkan membuka jalur untuk mengurai kemacetan sekaligus membuka daerah baru di barat. Dari Purwodadi atau Purwosari, terus tembus ke Batu, melewati lahan-lahan dan hutan Perhutani di Kabupaten Malang.

Kalau itu misalnya terjadi, pasti akan menjadi sebuah perluasan baru, pengembangan kepariwisataan baru dan dampak ekonominya akan meningkat, sekaligus mengurai kemacetan. Tapi Mas Edi Rumpoko sepertinya bertepuk sebelah tangan, sendirian.

Malang Raya tidak kelihatan utuh. Belum satu kata. Coba kalau itu benar-benar menyatu, satu rakyatnya mendukung, pasti bisa mendesak gubernur dan terus mendesak ke atas, mencari jalan. Hal itu akan bisa terjadi kalau egosentris sektoral penguasanya sedikit ditanggalkan, berpikir lebih luas.

Toh, nanti efeknya justru akan tetap lokal, tapi lebih maju. Nah, begitulah sampai saat ini. Sebenarnya, kita merindukan tiga kepala daerah Malang Raya guyub, punya forum informal, kruntang-kruntung, akur, rukun.

Pasti akan banyak yang bisa digarap, diselesaikan, untuk kemajuan bersama. Diawali dengan ngobrol informal seperti itu, punya forum-forum santai, rileks, tapi bersama-sama terus memikirkan. Sambil guyon-guyon. Mudah-mudahan di tahun 2023 ini, membuka sikap dan langkah-langkah konkret itu, melibatkan rakyat melalui dialektika yang lebih terbuka.

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio


x