Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 12 : Kayutangan

Blues Spirit Sesi 12 : Kayutangan

Kita masuk ke Kayutangan. Belanda dulu juga menyebutnya, HOUTenHAND. Inilah aset yang terwariskan.

Dan membuktikan diri sebagai lokasi yang masih paling tepat menjadi down town sekaligus city walk di Malang Raya. Down town dan city walk itu adalah syarat terbentuknya kota metropolitan.

Dan kota metropolitan adalah juga syarat bagi Kota Raya. Kota Raya ialah model penyatuan wilayah yang kita pilih dalam mengakselerasi pertumbuhan secara fungsional yaitu Malang Raya, itu.

Dalam kurun 108 tahun usia Kota Malang, Kayutangan timbul tenggelam sebagai down town dan city walk. Pasca reformasi, suram. Malam-malamnya, nyaris mati. Walaupun begitu, posisinya tetap sentral.

Berada tepat di tengah Kota Malang. Dan Kota Malang bisa diklaim berada persis di tengah-tengah Malang Raya.

Kayutangan adalah koridor besar, membentang dari utara ke selatan sepanjang kurang lebih 800 meter. Di sisi kiri kanannya, berdiri bangunan kolonial berupa toko-toko. Ada empat atau tiga blok.

Ada dua “perempatan jalannya” besar. Ada dua “pertigaannya”, di ujung utara dan paling ujung selatan.

Dan, ada satu lagi “perempatan” di tengah-tengahnya, sedikit meliuk, untuk memberi akses ke pusat pemerintahan. Ada alun-alunnya. Ada masjid, ada gereja, ada pasar besar, bahkan ada bangunan concordia-nya, yaitu Sarinah.

Nama Kayu Tangan juga tidak ada duanya. Kuat sekali sebagai brand. Kita harus mensyukuri eksistensi Kayu Tangan seperti itu. Merupakan modal untuk menjadikan down town dan city walk sebagai syarat kelengkapan Kota Raya.

Untuk Kayutangan, kita lihat, pemerintah sekarang sudah semakin hadir. Banyak juga yang sudah peduli. Maka sudah perlu lebih disiplin menatanya.

Fisiknya, kembalikan dan sesuaikan dengan basic arsitekturalnya yaitu kolonial.

Itu sejarah, itu warisan. Itulah heritage. Ada pun content-nya yang mencerminkan identitas budaya sendiri. Boleh akulturasi, tapi telah terproses menjadi bagian kita.

Ada akar budayanya. Ada filosofinya. Berkarakter. Ornamen-ornamen yang ditampilkan, harus dari wilayah sendiri. Jangan niru atau ambil dari daerah lain.

Kalau perlu ada perda untuk mengaturnya. Kita senang, sekarang sudah banyak yang peduli. Tapi kita juga tetap perlu kritis, apa kepentingan mereka?!

Kayu Tangan sebenarnya juga sudah dideklarasi sebagai Ibukota Malang Raya Heritage pada 30 Agustus 2019. Lalu bagaimana? Apa bisa punya kegiatan rutin yang kontinyu?! Apa bisa ada event Internasional di sana, seperti festival TongTong di Belanda, misalnya?!

Kita lanjut bahasannya pada Blues Spirit Sesi 13 mendatang.

Imawan Mashuri 

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x