NewsPendidikan

Bayang-bayang Tragedi Kanjuruhan yang Tak Pernah Hilang


Sekelompok anak muda menciptakan puisi zine atas keresahan mereka dalam kehidupan. (Foto : Asrur Rodzi)
Sekelompok anak muda menciptakan puisi zine atas keresahan mereka dalam kehidupan. (Foto : Asrur Rodzi)

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Sekumpulan anak-anak muda dari berbagai komunitas pelajar dan seniman berkumpul di sebuah kafe di Kota Batu pada Sabtu (19/7/2025) malam. Mereka meluncurkan zine puisi berjudul Musim Hitam dan Terbakar.

Zine merupakan publikasi berskala kecil yang biasanya dibagikan secara daring maupun dicetak sederhana. Seperti malam ini, salah satu dari kumpulan pemuda, Farhan M mencetak kumpulan puisinya sebanyak 10 judul dalam sebuah buku setebal 20 halaman.

Mahasiswa prodi Sejarah yang baru saja menyelesaikan studinya di Universitas Negeri Malang itu mengatakan bahwa salah satu puisinya merupakan bentuk ekspresi emosi saat menyaksikan Tragedi Kanjuruhan.

“Dulu saya menulisnya untuk menangkap lanskap Tragedi Kanjuruhan sebagai tragedi pembunuhan massal. Itu saya bawakan dalam bentuk narasi puisi dan sastra,” jelasnya.

Ia mengaku sengaja memilih nuansa yang cenderung pesimistis sebagai bentuk ekspresi dari kejenuhan dan kemuakan terhadap dunia. Menurutnya, pesimisme dan kegelapan justru perlu dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Alih-alih membuat kita terpuruk, kegelapan justru bisa menjadi pemicu untuk membakar semangat, melawan, dan bahkan merayakannya.

“Secara pribadi, saya merasa ada semacam kesenangan dalam membayangkan bahwa kiamat adalah bentuk pembebasan bagi individu. Jadi, kiamat bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan. Sebuah pesta yang layak dirayakan bersama-sama,” tambahnya.

Pemilihan zine sebagai medium publikasi pun bukan tanpa alasan. Farhan ingin karya puisinya terasa lebih personal bagi pembaca. Selain itu, alasan ekonomis juga menjadi pertimbangan dalam memilih bentuk zine.

“Zine mudah diakses dan bisa dibuat siapa saja. Selain tersedia versi digital, versi fisik memberi rasa kepemilikan yang lebih kuat bagi pembacanya,” jelasnya.

Kegiatan seperti malam itu menjadi semacam oase penerbitan di tengah geliat kota wisata yang lebih dikenal dengan nuansa hiburannya. Sebab, hal semacam ini di Kota Batu tergolong jarang ditemui.

Reporter : Asrur Rodzi

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button