Autopsi Jenazah Korban Tragedi Kanjuruhan Dimulai, Keluarga Korban Sebut Ada Kejanggalan
Autopsi Jenazah Korban Tragedi Kanjuruhan Dimulai, Keluarga Korban Sebut Ada Kejanggalan
Reporter: Oky Novianton
Sabtu (5/11/22) sekitar pukul 08.15 WIB, beberapa tenaga medis yang berpakaian lengkap bergegas masuk ke makam korban meninggal Tragedi Kanjuruhan di Makam Muslim di Desa Sukolilo Kecamatan Wajak Kabupaten Malang.
Bahkan, sejumlah polisi berjaga di area makam korban kanjuruhan di makam itu. Selain itu, terdapat garis polisi mengitari area makam.
Nampaknya, ada pelaksanaan autopsi dilakukan terhadap jenazah dua kakak-beradik korban Tragedi Kanjuruhan NDR (16) dan NDA (14).
Keduanya merupakan warga Demangjaya, Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, yang dimakamkan di TPU Dusun Patuk, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
Proses ini untuk memastikan penyebab pasti kedua korban Tragedi Kanjuruhan ini sedianya diajukan pertengahan Oktober 2022 lalu.
Sebelumnya, Devi Athok sang ayah dari kedua korban itu sempat mengajukan permohonan autopsi. Namun, beberapa kemudian ia menunda karena ingin berkoordinasi dengan keluarga besarnya.
Namun, akhirnya autopsi tersebut bisa terlaksana setelah Devi Athok didampingi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) agar tak lagi mendapat intimidasi dari pihak-pihak lain.
Ketua Kompolnas Benny Mamoto mengatakan, agenda hari ini adalah menggali kubur korban kanjuruhan yang meninggal itu.
“Autopsi sendiri ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kematian korban meninggal Tragedi Kanjuruhan. Kita sama ikuti proses itu,” ujarnya.
Sementara, Devi Athok Yulfitri (43), orang tua dari dua korban Tragedi Kanjuruhan akhirnya menyetujui autopsi terhadap jenazah anaknya, NDR (16) dan NDA (14).
Kepada reporter City Guide FM, ia menyebut ada banyak kejanggalan yang terdapat pada tubuh jenazah kedua anaknya.
Devi bilang, dari kondisi jenazah anaknya tidak wajar saat tiba di rumah duka dari RS Wava Husada, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
“Pertama kali menemukan jenazah, itu banyak kejanggalan dengan kondisi dadanya merah hitam, sampai ada biru-biru keluar darah. Si Lala (NDA) itu juga keluar busa, bau menyengat kayak amoniak, di celananya bau air kencing,” kata Devi.
Kondisi itulah yang membuat dirinya curiga kedua putrinya meninggal dunia dalam keadaan tak wajar. Apalagi ada beberapa informasi yang dia terima terkait adanya tembakan gas air mata ke tribun.
“Kalau gas air mata beracun, kenapa ditembakkan gas air mata ke tribun? Dari sana saya Bismillah, merelakan anak saya agar terungkap semua pelaku-pelakunya,” tuturnya.
Devi Athok juga menambahkan, langkahnya dia dalam melakukan autopsi ini sebagai upaya untuk mengungkap penyebab pasti kematian dua anaknya dan 133 korban tewas lainnya.
“Kasihan anak saya, kasihan saudara-saudara kita, nyawa 135 saudara kita. Kalau hukum manusia tidak bisa, biar azab Allah yang bicara,” lanjutnya sambil meneteskan air mata.
Dirinya berharap, seluruh proses autopsi bisa berjalan lancar dan sesuai keinginannya, demi mengungkap kasus tragedi kelam itu.
“Semoga terungkap, kalau memang ini gas air mata beracun, semua pelaku dari bawah ke atas dihukum seberat-beratnya, kasihan generasi adik-adik saya. Dia tidak anarki, dia tidak buat kericuhan, kenapa kok ditembaki?!,” pungkasnya. (rep/ok)