Apel Batu Makin Langka, Eksistensinya Makin Terancam?
CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Tingkat produktivitas apel khas Kota Batu dari waktu ke waktu terus menunjukkan perburukan alias semakin langka. Berdasarkan data Koordinator Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan Bumiaji, Dul Kamar mendapati bahwa rerata per pohon apel memproduksi hanya 13 ribu kilogram pada tahun 2023.
“Pada tahun 2021 angka produktivitas apel di Kota Batu mencapai 350 ribu kwintal. Kemudian tahun 2022 turun menjadi 300 ribu kwintal. Data akhir pada tahun 2023 hanya menunjukkan 220 ribu kwintal apel,” kata Dul Kamar.
Dul menambahkan kondisi ini semakin parah dengan rendahnya minat petani untuk membudidayakan apel Batu. Ini terbukti saat Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Batu membuka bantuan bibit apel, tidak ada satupun yang mengusulkan permintaan bibit baru.
Sedangkan menurut Konsultan Pendamping PLUT K-UMKM Kota Batu Bidang Kelembagaan Mashudi, harga apel juga semakin mahal. Hal ini sangat mempengaruhi pelaku usaha yang memproduksi produk turunan apel.
“Kami berharap ada kepastian harga apel di Kota Batu supaya menjadi win-win solution bagi pelaku usaha dan petani. Karena menurut para pelaku usaha, yang jadi problem adalah harga apel mahal bahkan pada grade yang paling rendah sekalipun,” kata Mashudi.
Tetapi di sisi lain jika harga diturunkan, jelas akan merugikan petani. Maka perlu sinergi dengan banyak pihak agar produktivitas apel dapat pulih kembali. Akan sayang sekali jika produk turunan apel bergeser ke buah lain. Apalagi eksistensi buah ini sudah ada terbangun sejak puluhan tahun lalu.
Sedangkan Tenaga Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Distan KP Kota Batu Retno Indah Wati, terkait kepastian harga, pihaknya masih mencari opsi terbaik. Di samping juga Pemkot Batu menyiapkan program revitalisasi khusus bagi petani apel yang masih eksis.
Anggota DPRD Kota Batu Ludi Tanarto mengusulkan ada subsidi dari pemerintah untuk mengendalikan harga apel di pasaran. (Faricha)
Editor : Intan Refa